Penelitian mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) kembali memberikan kontribusi penting bagi pengembangan kajian pendidikan dan psikologi anak. Studi berjudul The Contribution of Peers to the Subjective Well-being of Children in Java yang dilakukan oleh Reinita Al Syarifa bersama dosennya Wulan Patria Saroinsong mengungkap kuatnya peran teman sebaya dalam membentuk kesejahteraan subjektif anak usia dini di Pulau Jawa.
Penelitian ini berangkat dari kesadaran bahwa masa kanak-kanak awal merupakan fase krusial dalam perkembangan sosial dan emosional. Pada usia 5–6 tahun, anak mulai membangun relasi sosial di luar keluarga, terutama melalui interaksi dengan teman sebaya. Kualitas hubungan tersebut diyakini berpengaruh terhadap perasaan bahagia, aman, diterima, dan puas terhadap kehidupan sehari-hari anak.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan model korelasional. Data dikumpulkan melalui kuesioner berbasis Google Form yang diisi oleh responden anak usia 5–6 tahun yang tinggal di tiga provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Pengolahan data dilakukan menggunakan analisis korelasi dengan bantuan aplikasi SPSS untuk memastikan akurasi dan validitas temuan penelitian.
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara peran teman sebaya dengan kesejahteraan subjektif anak. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000, lebih kecil dari batas signifikansi 0,05, menegaskan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, semakin positif interaksi anak dengan teman sebayanya, semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan subjektif yang dirasakan anak.
Temuan ini memperlihatkan bahwa teman sebaya bukan sekadar rekan bermain, tetapi juga sumber dukungan emosional yang penting bagi anak. Melalui bermain, bekerja sama, berbagi, dan menyelesaikan konflik bersama teman, anak belajar mengelola emosi, membangun empati, serta merasakan kebahagiaan sosial. Faktor-faktor inilah yang berkontribusi besar terhadap kesejahteraan subjektif anak di usia dini.
Penelitian ini merekomendasikan agar pendidik PAUD dan orang tua lebih memberi ruang bagi interaksi sosial anak yang sehat dan berkualitas. Lingkungan belajar yang mendorong kolaborasi, permainan kelompok, dan komunikasi positif antaranak perlu terus dikembangkan. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada penguatan kesejahteraan psikologis dan sosial anak sebagai fondasi tumbuh kembang jangka panjang.