Ekstrakurikuler Tari Dinilai Efektif Menanamkan Karakter Disiplin Anak Usia Dini

Penelitian mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) kembali menegaskan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana pendidikan karakter sejak usia dini. Studi berjudul Analisis Penerapan Nilai Pendidikan Karakter Disiplin Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Tari Anak Usia Dini yang dilakukan oleh Zahrotun Nisa’ bersama Nurul Khotimah ini mengkaji bagaimana kegiatan tari mampu membentuk karakter disiplin pada anak-anak taman kanak-kanak.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan pendidikan karakter yang tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan sikap dan perilaku positif anak sejak dini. Karakter disiplin menjadi salah satu nilai fundamental yang harus ditanamkan secara konsisten melalui pembiasaan yang menyenangkan dan sesuai dengan dunia anak. Kegiatan ekstrakurikuler tari dipilih karena mengandung unsur gerak, irama, aturan, dan kebersamaan yang relevan dengan pengembangan disiplin.

Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, penelitian ini dilaksanakan di TK ABA 14 dengan melibatkan tujuh partisipan, terdiri atas kepala sekolah, guru kelas, guru tari, orang tua, serta tiga anak kelompok usia dini. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi langsung selama kegiatan ekstrakurikuler, serta dokumentasi pendukung. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang menekankan proses reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler tari terbukti berkontribusi positif terhadap pembentukan karakter disiplin anak. Anak-anak belajar datang tepat waktu, mengikuti instruksi guru, mematuhi aturan latihan, serta menjaga ketertiban selama kegiatan berlangsung. Proses ini terjadi secara alami karena dikemas dalam aktivitas yang menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik anak usia dini.

Penelitian ini juga menegaskan peran strategis guru sebagai fasilitator dalam menanamkan nilai disiplin. Guru tidak hanya mengajarkan gerakan tari, tetapi juga memberikan contoh sikap disiplin, mengingatkan aturan dengan pendekatan persuasif, serta membangun suasana belajar yang positif. Dengan pendampingan yang konsisten, anak mampu memahami makna disiplin bukan sebagai paksaan, melainkan sebagai kebiasaan yang perlu dilakukan bersama.

Meski demikian, penelitian menemukan adanya faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan karakter disiplin. Fasilitas tempat latihan yang nyaman menjadi faktor pendukung utama, sementara suasana hati anak yang fluktuatif serta kurangnya keselarasan antara orang tua dan guru dalam menerapkan nilai disiplin menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan adanya kolaborasi yang lebih erat antara sekolah dan orang tua agar pendidikan karakter disiplin dapat berjalan berkelanjutan dan optimal.