fip.unesa.ac.id, SURABAYA – S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), S2 Pendidikan Dasar, serta S3 Pendidikan Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) bekerja sama gelar Kuliah Tamu bertema “The Use of Technology in Developing Elementary Student’s Number Sense and Spatial Thinking” pada Selasa, 24 September 2024 bertempat di Ruang Pertemuan Gedung O5 lt. 3 FIP UNESA.
Koordinator Program Studi S3 Pendidikan Dasar FIP UNESA, Prof. Dr. Suryanti, M.Pd., dalam sambutannya mengungkapkan bahwa tema kuliah tamu kali ini untuk menunjang dan memaksimalkan pemahaman mahasiswa terkait “Number Sense dan Spatial Thinking” yang menjadi pondasi penting dalam pengembangan kemampuan berpikir logis dan analitis.
“Semoga kegiatan ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, serta melahirkan lulusan yang paham teknologi dan kompeten di bidang pendidikan dasar terutama keterampilan matematis,” harap Koordinator Prodi S3 Dikdas FIP UNESA.
Dekan FIP UNESA, Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., menyatakan dalam sambutannya bahwa kuliah tamu diselenggarakan untuk memberikan pemahaman dan wawasan mahasiswa yang lebih luas terkait materi yang dibahas hari ini, “Number Sense dan Spatial Thinking” dengan menghadirkan pemateri dari luar negeri.
“Saya harap mahasiswa dapat memperoleh perspektif baru yang dapat menunjang kemampuan akademik mereka serta membuka peluang bagi pengembangan inovasi dalam pendidikan di masa depan,” ungkap Dekan FIP UNESA.
Salah satu teknologi yang dibahas dalam perkuliahan ini adalah GeoGebra, sebuah perangkat lunak matematika dinamis. Associate Prof. Dr. Hutkemri Zulnaidi, memperkenalkan GeoGebra dan menjelaskan berbagai manfaatnya dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam meningkatkan interaksi antar pendidik dan peserta didik sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dipahami.
Spatial thinking atau pemikiran spasial adalah cara berpikir yang memanfaatkan konsep-konsep ruang, perangkat representasi, dan proses penalaran untuk mengorganisir dan memecahkan berbagai masalah. Meski begitu, GeoGebra masih memiliki keterbatasan, seperti belum adanya fitur suara atau kemampuan untuk menggambar secara otomatis.
“Saya berharap pendidikan di Indonesia dapat terus berkembang dan maju, meskipun mungkin masih ada keterbatasan dalam hal fasilitas, saya optimis bahwa dengan kreativitas dan dedikasi, para pendidik di Indonesia mampu memaksimalkan proses pembelajaran,” harap Profesor asal Malaysia tersebut.
Pemanfaatan berbagai metode, media, perangkat lunak, dan teknologi yang ada, menjadikan pendidik dapat terus berinovasi dan memastikan bahwa setiap peserta didik mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Selanjutnya, pendidikan di Indonesia dapat semakin maju, dan mampu mencetak generasi yang unggul di masa depan.
Kuliah tamu dilaksanakan secara hybrid, dihadiri delegasi mahasiswa program S1 PGSD, S2 Dikdas, dan S3 Dikdas secara luring bersamaan dengan live streaming Youtube.
Penulis: Dede Rahayu Adiningtyas (PGSD), Suhaibah Al (PGSD)