Penelitian terbaru dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengungkap peran penting dukungan sosial, kualitas kehidupan, dan praktik sharenting terhadap kesejahteraan emosional ibu di Indonesia. Studi berjudul Peran Dukungan Sosial, Kualitas Kehidupan, dan Sharenting terhadap Kesejahteraan Emosional Ibu di Indonesia ini dilakukan oleh Maureen Audina Sitorus di bawah bimbingan Wulan Patria Saroinsong, dan menyoroti tantangan emosional yang semakin kompleks dihadapi para ibu masa kini.
Dalam konteks keluarga modern, ibu tidak hanya menjalankan peran sebagai pengasuh anak, tetapi juga sebagai pasangan dan individu yang dituntut adaptif secara sosial maupun emosional. Berdasarkan temuan Badan Pusat Statistik dalam lima tahun terakhir, tingkat stres ibu di Indonesia meningkat hingga 95 persen, yang berdampak pada kestabilan emosi dan kesehatan mental. Kondisi ini menjadi perhatian serius karena kesejahteraan emosional ibu berpengaruh langsung pada pola pengasuhan dan kualitas pendidikan anak usia dini.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan serta pengaruh dukungan sosial, kualitas kehidupan, dan sharenting—kebiasaan orang tua membagikan aktivitas anak di media sosial—terhadap kesejahteraan emosional ibu. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif kausal-komparatif dengan bantuan Hayes Macro Process. Responden penelitian adalah ibu yang memiliki anak usia 0–8 tahun, dengan rata-rata usia ibu 37 tahun.
Hasil analisis menunjukkan hubungan dan pengaruh yang signifikan antara variabel penelitian. Nilai statistik yang diperoleh menunjukkan p < 0,00, sig < 0,00, NPC < 0,59, dan R² < 0,57. Temuan ini menegaskan bahwa dukungan sosial yang kuat, kualitas kehidupan yang baik, serta praktik sharenting yang bijak berkontribusi nyata terhadap peningkatan kesejahteraan emosional ibu di Indonesia.
Menariknya, penelitian ini juga menekankan bahwa sharenting tidak selalu berdampak negatif. Ketika dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab, sharenting justru dapat menjadi sarana memperoleh dukungan emosional, validasi sosial, dan rasa keterhubungan bagi ibu. Namun, tanpa kebijaksanaan dan batasan yang jelas, praktik ini berpotensi memicu tekanan psikologis tambahan.
Penelitian ini merekomendasikan pentingnya peran lingkungan sosial, kebijakan publik, serta edukasi literasi digital bagi orang tua untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kesejahteraan emosional ibu. Dengan dukungan sosial yang sensitif dan kualitas hidup yang baik, ibu diharapkan mampu menjalani perannya secara lebih seimbang, bahagia, dan berdaya—yang pada akhirnya berdampak positif bagi tumbuh kembang anak dan ketahanan keluarga Indonesia.