fip.unesa.ac.id, SURABAYA- Dalam upaya mewujudkan inklusivitas dalam dunia pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) menjadi wadah bagi para calon pendidik untuk mendalami ilmu dalam bidang khusus. Salah satunya terdapat di Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang menyiapkan kompetensi calon pendidik melalui mata kuliah Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPI) dan merupakan salah satu mata kuliah khusus peminatan Disabilitas Rungu di prodi tersebut. Mata kuliah ini bertujuan untuk mengajarkan anak disabilitas rungu mengenal bunyi, mempersepsikan bunyi, mempersepsikan irama, serta dapat berkomunikasi dengan lawan bicara mereka, baik itu dengan teman tuli maupun dengan teman dengar.
Diah Ekasari, M.Pd., selaku salah satu dosen pengampu mata kuliah memaparkan latar belakang mata kuliah BKPBI adalah berkaitan dengan hubungan kemampuan anak disabilitas rungu yang memiliki keterbatasan dalam proses mendengar sehingga mereka perlu pengoptimalan dalam memproses bunyi, suara, dan informasi dari sekitarnya. Dalam hal ini kemampuan visual sangat berperan penting pada pemrosesan informasi anak disabilitas rungu. “Namun, penting untuk tetap memberikan pemahaman kepada mereka bahwa kesadaran bunyi dan getaran itu sangat diperlukan,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan tujuan serta manfaat dari adanya BKPBI bagi anak disabilitas rungu adalah untuk menyadarkan bahwa mereka membutuhkan suara dan dapat mendeteksi ada atau tidaknya suara melalui getaran meskipun di tengah keterbatasan yang mereka alami. Suara atau getaran yang dideteksi tersebut sebagai sumber input informasi anak disabilitas rungu dalam memahami keadaan dan bersikap adaptif terhadap lingkungan sekitar.
Metode pembelajaran yang diterapkan dalam mata kuliah BKPI yaitu PBL (problem based learning) dan PJBL (projek based learning). Dimana metode tersebut dinilai relevan karena mahasiswa mampu untuk menerapkan secara langsung teori dari mata kuliah BKPBI dalam kasus nyata sehingga dapat memperdalam pemahaman dan memperkaya pengalaman mahasiswa.
Disisi lain ia menyampaikan tidak adanya tantangan khusus yang dialami oleh mahasiswa maupun dosen. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran pada mata kuliah ini dilakukan dengan cara yang menyenangkan, dibuktikan dengan adanya praktik langsung, diskusi kelompok yang variatif sehingga terciptanya suasana belajar yang aktif dan inovatif.
Berdasarkan penjelasan dari dosen yang mengampu, contoh pembelajarannya seperti dalam enam kali pertemuan terakhir terdapat eksperimen bagi mahasiswa untuk mengenali berbagai macam kegiatan dan mengukur besaran desibel dari kegiatan tersebut. Desibel merupakan satuan lemah kuatnya suatu suara. Satuan desibel yang didapatkan dari beberapa kegiatan tadi, kemudian digunakan untuk mengukur tingkat hilang dengar pada anak disabilitas rungu. “Tingkat hilang dengar terbagi menjadi tiga, yaitu mild hearing loss, severe hearing loss, dan sampai ke profound hearing loss,” jelasnya.
Harapan melalui mata kuliah ini, kedepannya saat mobilitas akademik seperti MBKM, PLP atau KKN mahasiswa dapat menerapkan semua ilmu yang telah dipelajari selama menerima mata kuliah BKPBI dan mengimplementasikannya ke masyarakat yang lebih luas. Sehingga dengan ini pengetahuan mengenai BKPBI tidak berhenti begitu saja di mahasiswa, tetapi mahasiswa dapat menjadi tongkat estafet dalam menyalurkan ilmu BKPBI ini kepada masyarakat.
Dengan adanya mata kuliah BKPBI menjadi salah satu mata kuliah yang insightful dan mahasiswa peminatan disabilitas rungu atau bidang pendidikan khusus dapat lebih bersemangat dalam mempelajari serta memperdalam ilmunya sehingga dapat menunjukkan komitmen mereka dalam upaya mewujudkan lingkup pendidikan yang adaptif dan inklusif.
Penulis: Cindy Aulia Gultom (PLB), Tita Rahmawati (PLB)
Dokumentasi: Kelas peminatan disabilitas rungu