fip.unesa.ac.id – Surabaya, 24 April 2025 — Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menerima kunjungan resmi dari Yongsan University dan Korea International Cooperation Agency (KOICA) di Ruang Sidang 801, Gedung Rektorat Lantai 8. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kerja sama internasional di bidang pendidikan inklusif dan pemberdayaan penyandang disabilitas.
Acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Rektor III UNESA, Dr. Bambang Sigit, yang menyampaikan apresiasi atas kedatangan delegasi Korea Selatan. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa UNESA telah menjadi kampus inklusif sejak lebih dari 13 tahun lalu. “Kami menyadari bahwa inklusivitas adalah proses berkelanjutan. Karena itu, kami terus belajar dan mengembangkan program yang dapat mendorong partisipasi aktif mahasiswa disabilitas dalam dunia pendidikan,” ujarnya.
Perwakilan Yongsan University, Prof. Kim Young Ae, yang juga menjabat sebagai Project Manager KOICA, menekankan pentingnya membangun lingkungan yang ramah disabilitas di semua sektor, termasuk pendidikan dan dunia kerja. Dalam sambutan pidatonya, ia mengucapkan bahwa “Sekitar 90% disabilitas terjadi karena faktor non-genetik. Artinya, siapa pun bisa mengalami disabilitas. Maka, menciptakan lingkungan inklusif bukan hanya pilihan, tapi keharusan” pungkasnya.
Masuk ke dalam sesi presentasi, Prof. Budiyanto dari Sub Direktorat Disabilitas UNESA memaparkan program pelatihan vokasi yang telah dilaksanakan. Program tersebut terbuka bagi mahasiswa dan masyarakat umum, dengan sertifikasi yang dapat digunakan sebagai bekal memasuki dunia kerja.
UNESA menerima penghargaan sebagai universitas yang telah konsisten melaksanakan pelatihan vokasi bagi penyandang disabilitas. Tak hanya institusinya, apresiasi juga diberikan kepada sejumlah dosen dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), khususnya Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB). Mereka mendapatkan penghargaan bergengsi dari Yongsan University dan KOICA, Korea Selatan, atas dedikasi mereka sebagai edukator dan fasilitator disabilitas yang kiprahnya bahkan diakui hingga ke Negeri Ginseng.
Beberapa nama yang menerima penghargaan tersebut antara lain: Prof. Wagino, M.Pd., Prof. Budiyanto, M.Pd., Acep Ovel Novari Beny, M.Pd., Diah Anggraeny, S.Pd., M.Pd., Novia Restu Windayani, S.Pd., M.Pd., dan Onny Fransinata Anggara, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Momen penerimaan penghargaan dari Yongsan University dan KOICA semakin menghangat dengan hadirnya nuansa persahabatan yang kental. Saat para dosen menerima sertifikat penghargaan, sejumlah ungkapan tulus terdengar dari kedua belah pihak. Kalimat-kalimat seperti “Saya menghormatimu” dan “Saya belajar banyak dari sini” terlontar di antara jabatan tangan yang penuh makna.
Tak hanya menerima, UNESA juga memberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi dan komitmen kolaboratif. Sebagai tanda dimulainya kerja sama riset inklusif, UNESA menyerahkan plakat kehormatan kepada Yongsan University dan KOICA.
Selain itu, melalui Unesa Science Center dan dukungan dosen PLB, UNESA turut memberikan souvenir dan hadiah sebagai kenang-kenangan atas kunjungan istimewa ini. Di antara hadiah tersebut terdapat jaket UNESA, sepasang sepatu, kompas, syal, serta berbagai produk kreatif hasil karya Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK) UNESA, yang menunjukkan hasil nyata dari pendidikan vokasional inklusif yang telah dijalankan.
Sesi diskusi yang difasilitasi Subdirektorat Disabilitas UNESA membahas peningkatan kualitas pendidikan vokasi inklusif. Perwakilan UNESA, Onny Fransinata Anggara, S.Pd., M.Psi., Psikolog, menekankan pentingnya kolaborasi dan pendekatan holistik dalam membangun ekosistem pendidikan bagi penyandang disabilitas.
Onny juga memperkenalkan program Shutter Workshop, inisiasi UNESA yang menjembatani kampus dan masyarakat. Program ini membantu penyandang disabilitas mengenali potensi diri dan mengembangkan keterampilan sesuai minat, serta menghubungkan mereka dengan dunia kerja. Shutter Workshop melibatkan tenaga profesional lintas bidang dan bermitra dengan lembaga seperti APINDO, sebagai bentuk dukungan nyata industri terhadap lulusan disabilitas yang siap bersaing.
Salah satu bagian yang paling menyentuh dalam kunjungan ini adalah sesi wawancara bersama mahasiswa disabilitas UNESA. Moch. Fadillah Akbar, misalnya, mengikuti pelatihan batik dan barista, serta memimpikan untuk menjadi staf khusus presiden. Achmad Novyar, mengungkapkan keinginannya menjadi guru olahraga di Sekolah Luar Biasa (SLB). Sementara Rochman Taufiq Nur Singgih, dengan semangat pantang menyerah, menceritakan perjalanan dari bekerja mencuci mobil hingga menjadi atlet sepak bola nasional dan juara lari tingkat provinsi. Tak kalah inspiratif, Desy Ramadhani, mahasiswi DKV, telah mengajar di Rumah Anak Prestasi (RAP), memenangkan ajang Putri Batik Jawa Timur, dan menjadi wakil Indonesia dalam forum internasional di Turki dan Malaysia.
Menutup kegiatan acara pada hari ini, Prof. Kim Young Ae, perwakilan KOICA, menyampaikan kesan positif atas kunjungannya. “Inklusivitas UNESA bukan hanya tampak secara fisik, tetapi terasa dalam semangat dan budaya kampus. Ini menjadi inspirasi dan kehormatan bagi kami untuk menjalin kerja sama lebih erat di masa mendatang,” ujarnya.
Penulis: Zahira Auliya Soekandar