Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di Tengah Kemajuan Teknologi Digital ala FIP UNESA

Kemajuan teknologi digital dan globalisasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan anak usia dini. Di satu sisi, teknologi menawarkan banyak manfaat dalam hal akses informasi dan media pembelajaran yang lebih interaktif. Sejak 9 mei 2024 lalu, kemenkominfo menyatakan bahwa sebanyak 30 juta anak menggunakan internet.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, “Anak-anak begitu mudah masuk ke dunia digital, di satu sisi internet dibutuhkan untuk belajar dan mencari informasi, tetapi di sisi lain banyak kerawanan karena di ruang digital banyak terpapar konten yang tidak terverifikasi khususnya di media sosial.” Ini dapat berimbas pada karakteristik anak, seperti ucapan menjadi kasar hingga membentuk perilaku kekerasan.

Salah satu kekhawatiran terbesar adalah penurunan nilai moral dan etika pada anak-anak bangsa, yang semakin terlihat dengan semakin kuatnya pengaruh budaya asing melalui media digital. Keterampilan sosial yang dulunya dibangun melalui interaksi langsung semakin tergerus oleh ketergantungan terhadap perangkat teknologi, yang kerap menggantikan waktu bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya.

Perubahan perilaku ini tidak hanya berdampak pada penurunan kualitas hubungan sosial, tetapi juga menimbulkan krisis nilai dan moral. Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain HP atau perangkat digital lainnya cenderung menjadi lebih individualistis, tidak peka terhadap sekitar dan kurang memahami etika komunikasi tatap muka.

Peran Guru dan Orangtua

Lingkungan sekolah dan keluarga tidak bisa dipandang sebelah mata, terutama dalam meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini di tengah kemajuan teknologi digital. Di era digital ini, anak-anak sering kali terpapar pada berbagai media yang dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain.

Oleh karena itu, guru memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya fokus pada akademis, tetapi juga pada pengembangan keterampilan sosial. Dengan mengintegrasikan aktivitas kelompok, diskusi, dan permainan sosial dalam kurikulum, guru dapat membantu anak-anak belajar berkomunikasi, berkolaborasi, dan menghargai perbedaan.

Peran Pemerintah

Menangani dampak negatif dari perkembangan teknologi digital terhadap generasi saat ini sangat penting. Cepatnya evolusi teknologi, banyak anak dan remaja yang terpapar pada konten yang tidak pantas, seperti kekerasan, pornografi, dan informasi yang menyesatkan.

Dalam hal ini, pemerintah perlu menetapkan regulasi yang jelas dan tegas terkait penggunaan teknologi digital, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Ini dapat mencakup pembatasan akses terhadap konten tertentu serta penegakan hukum terhadap penyebaran informasi yang berbahaya, sehingga generasi muda dapat terlindungi dari efek negatif tersebut.

Pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan digital kepada masyarakat, khususnya kepada orang tua dan pendidik. Melalui inisiatif pelatihan dan kampanye kesadaran, pemerintah dapat mendukung orang tua dalam memahami cara yang tepat untuk mengawasi dan membimbing anak-anak mereka dalam penggunaan teknologi secara bijaksana. Pendidikan mengenai literasi media sangat krusial agar anak-anak mampu membedakan informasi yang akurat dari yang tidak, serta menyadari dampak dari interaksi di dunia maya. Dengan pendekatan ini, generasi muda akan dipersiapkan dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di era digital.

Maka, kolaborasi antara tiga elemen pendidikan, guru, orangtua, dan pemerintah tidak dapat diabaikan dalam upaya membentuk generasi berkarakter di tengah kemajuan teknologi. Ketiga elemen ini saling melengkapi dan berkontribusi pada pembentukan nilai-nilai moral dan etika yang kuat pada anak-anak.

Guru bertugas menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan karakter, orangtua berperan sebagai contoh dan pembimbing di rumah, sementara pemerintah menyediakan regulasi dan edukasi yang diperlukan untuk melindungi generasi muda dari pengaruh negatif teknologi. Dengan kerja sama yang terbrntuk di antara ketiga pihak ini, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga memiliki integritas dan empati, siap menghadapi tantangan masa depan dengan penuh tanggung jawab.

Penulis: Rifda Sakinah Arrohmany (PG-PAUD), Khesya Dyanza (TP)