Manajemen Pelatihan Membatik Dorong Minat Wirausaha Peserta Didik Paket C di PKBM Annisa Banyuwangi

Penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kembali menyoroti peran strategis pendidikan nonformal dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Melalui penelitian berjudul “Hubungan Manajemen Pelatihan Membatik dengan Minat Wirausaha Peserta Didik Paket C di PKBM Annisa Kabupaten Banyuwangi,” peneliti Samidi mengkaji secara mendalam bagaimana pengelolaan pelatihan keterampilan berbasis budaya lokal mampu memengaruhi minat berwirausaha warga belajar.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pelatihan keterampilan yang terstruktur dalam satuan pendidikan nonformal, khususnya bagi peserta didik Paket C. Di PKBM Annisa Banyuwangi, pelatihan membatik tidak hanya diarahkan pada penguasaan keterampilan teknis, tetapi juga sebagai sarana membangun motivasi dan kemandirian ekonomi. Manajemen pelatihan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, serta pendampingan pasca-pelatihan dinilai memiliki kontribusi besar terhadap tumbuhnya minat wirausaha peserta didik.

Menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional, penelitian ini melibatkan 31 peserta didik Paket C yang mengikuti pelatihan keterampilan membatik di PKBM Annisa. Seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang mengacu pada indikator manajemen pelatihan dan minat berwirausaha, kemudian dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment untuk mengetahui arah dan kekuatan hubungan antarvariabel.

Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif dan kuat antara manajemen pelatihan membatik dengan minat berwirausaha peserta didik. Artinya, semakin baik pengelolaan pelatihan yang diterapkan, semakin tinggi pula minat peserta untuk merintis usaha mandiri berbasis keterampilan membatik. Temuan ini memperkuat pandangan bahwa pelatihan vokasional yang dikelola secara profesional mampu menjadi motor penggerak kewirausahaan lokal.

Menariknya, penelitian ini juga menemukan bahwa pendampingan pasca-pelatihan menjadi indikator paling dominan dalam manajemen pelatihan. Sementara itu, dari sisi minat wirausaha, kepercayaan diri dan keterampilan muncul sebagai faktor paling berpengaruh. Peserta didik merasa lebih terdorong untuk berwirausaha ketika mereka tidak hanya dilatih, tetapi juga didampingi secara berkelanjutan dalam mengembangkan usaha dan karakter kewirausahaan.

Melalui penelitian ini, Samidi merekomendasikan agar pengelola PKBM memperkuat manajemen pelatihan, memperluas jejaring dengan industri batik, serta mendorong dukungan kebijakan dari pemerintah dan pemangku kepentingan. Penelitian mahasiswa FIP Unesa ini menegaskan bahwa pendidikan nonformal berbasis kearifan lokal, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi fondasi penting dalam membangun ekosistem kewirausahaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di daerah.