fip.unesa.ac.id, SURABAYA––Program Sekolah Rakyat yang diinisiasi oleh UNESA kembali menjadi sorotan setelah dinilai berhasil membuka akses belajar bagi anak-anak yang kurang beruntung secara ekonomi maupun sosial. Program ini memberikan pembelajaran alternatif di luar sekolah formal, dengan pendekatan yang lebih fleksibel, inklusif, dan berbasis kebutuhan peserta didik.
Tidak hanya mengajarkan mata pelajaran akademik, Sekolah Rakyat juga memberikan ruang untuk pembelajaran karakter, diskusi kritis, seni, teknologi, serta pengembangan soft skills yang jarang disentuh di sekolah formal. Kegiatan ini banyak melibatkan mahasiswa lintas jurusan sebagai relawan tutor sekaligus fasilitator pembelajaran.
Mustika Dewi, mahasiswa Bimbingan dan Konseling (BK), menyampaikan bahwa keberadaan Sekolah Rakyat memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar tanpa tekanan dan penilaian yang kaku.
“Di Sekolah Rakyat, belajar bukan hanya tentang mengejar nilai atau ranking. Anak-anak diajak mengenali dirinya, belajar pelan-pelan, dan merasa aman untuk bertanya. Ini penting, karena pendidikan seharusnya membangun kepercayaan diri, bukan justru membuat anak merasa kurang,” ujarnya.
Menurut Mustika, program ini juga membantu mahasiswa BK memahami kondisi nyata peserta didik dari berbagai latar belakang sosial. Ia menilai bahwa perspektif tersebut sangat penting bagi calon konselor untuk memahami dinamika psikologis dan tantangan pendidikan di lapangan.
Sementara itu, Maulana Zihad, mahasiswa Teknologi Pendidikan (TP), menilai bahwa Sekolah Rakyat membuka peluang penggunaan inovasi media dan strategi pembelajaran yang lebih kreatif. Ia menegaskan bahwa pembelajaran di sekolah formal sering terbatas pada kurikulum dan penilaian administratif, sehingga ruang untuk inovasi tidak selalu besar.
“Di Sekolah Rakyat, kami bisa menguji metode dan media pembelajaran yang lebih variatif. Kami menggunakan permainan edukatif, teknologi sederhana, bahkan simulasi kehidupan. Anak-anak terlihat jauh lebih aktif, bahkan yang awalnya pendiam bisa ikut terlibat,” jelasnya.
Zihad juga menambahkan bahwa Sekolah Rakyat dapat menjadi model pendidikan berbasis komunitas yang memposisikan peserta didik sebagai subjek, bukan hanya penerima pengetahuan.
Program Sekolah Rakyat di UNESA dinilai menjadi bentuk implementasi nyata dari misi pendidikan nasional: mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa diskriminasi. Selain untuk anak-anak, program ini juga memberi dampak bagi mahasiswa sebagai calon pendidik melalui pengalaman lapangan, empati sosial, serta penerapan teori secara langsung.
Dengan semakin banyak mahasiswa yang terlibat, harapannya Sekolah Rakyat dapat berkembang menjadi ekosistem pendidikan alternatif yang inklusif, adaptif, dan relevan dengan tantangan masa kini. Seperti pesan yang sering digaungkan oleh penggeraknya: Pendidikan bukan hanya hak bagi yang mampu, tetapi ruang tumbuh bagi semua.Dokumentasi: Pinterest