Mahasiswa FIP Unesa Ungkap Dampak Fatherless terhadap Ketahanan Anak Usia Dini di Surabaya

Fenomena fatherless atau minimnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak menjadi perhatian serius dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Rizka Anugrah Syakira, mahasiswa Program Studi S1 PG PAUD, mengkaji secara mendalam dampak fatherless terhadap resilience anak usia 5–6 tahun melalui self-esteem di Surabaya, sebuah isu krusial dalam pendidikan dan perkembangan anak usia dini.

Penelitian ini berangkat dari realitas sosial bahwa masih kuatnya budaya patriarki di Indonesia yang memandang pengasuhan anak sebagai tanggung jawab utama ibu, sementara ayah lebih berfokus pada pemenuhan kebutuhan finansial. Padahal, berdasarkan berbagai riset global, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat fatherless tertinggi di dunia. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan psikologis anak, khususnya pada aspek ketahanan diri atau resilience.

Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kausal komparatif, penelitian ini melibatkan anak usia 5–6 tahun di Surabaya sebagai sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan bantuan aplikasi SPSS dengan metode korelasi, regresi berganda, dan analisis jalur. Model analisis yang digunakan adalah PROCESS Model 4 Andrew Hayes, yang memungkinkan peneliti melihat pengaruh langsung maupun tidak langsung antarvariabel.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara fatherless dan self-esteem terhadap resilience anak. Uji korelasi simultan memperlihatkan nilai signifikansi 0,000, yang menandakan bahwa ketidakhadiran peran ayah dan tingkat harga diri anak secara bersama-sama berkaitan erat dengan ketahanan anak dalam menghadapi tantangan. Temuan ini menguatkan bahwa aspek emosional anak sangat dipengaruhi oleh kualitas relasi dengan figur ayah.

Lebih lanjut, uji regresi berganda membuktikan bahwa fatherless dan self-esteem berpengaruh signifikan terhadap resilience anak, dengan nilai signifikansi 0,000. Analisis jalur juga mengungkap adanya pengaruh langsung fatherless terhadap resilience, sekaligus pengaruh tidak langsung melalui self-esteem sebagai variabel mediasi. Artinya, anak dengan keterlibatan ayah yang rendah cenderung memiliki harga diri yang lebih lemah, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya ketahanan psikologis.

Penelitian ini menegaskan pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak usia dini, tidak hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai figur emosional yang membentuk rasa percaya diri dan ketangguhan anak. Temuan Rizka Anugrah Syakira diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan untuk memperkuat keterlibatan ayah dalam pola asuh, demi menciptakan generasi anak Indonesia yang tangguh secara mental dan emosional sejak usia dini.