fip.unesa.ac.id, 4 November 2024 – Motto Unesa: “Unesa Satu Langkah di Depan” dapat diterjemahkan sebagai semangat berinovasi terus menerus, yang selalu digaungkan oleh Rektor Unesa, Prof. Nurhasan. Hal ini yang mendasari Kepala Seksi Inovasi Pembelajaran Internasional – Direktorat Transformasi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran Unesa, Dr. Irena Y. Maureen (Maureen), untuk mengikuti seleksi menjadi juri dalam salah satu acara kompetisi inovasi bergengsi yang diadakan oleh QS Quacquarelli Symonds, yang dengan sistem pemeringkatan universitas tingkat dunia (QS World University Rankings) menjadi acuan terpercaya untuk kualitas pendidikan tinggi di level internasional.
QS Reimagine Education Awards 2024, acara yang memasuki edisi ke-11 di tahun ini, merupakan kompetisi tahunan yang memberikan penghargaan pada praktik pendidikan inovatif yang berhasil meningkatkan hasil pembelajaran dan kinerja, serta fokus pada isu keberlanjutan (SDGs). Dengan 18 kategori penghargaan yang mencakup tema-tema seperti masa depan pembelajaran, masa depan universitas, masa depan pekerjaan, pendidikan keberlanjutan, dan nilai-nilai inti, penghargaan tersebut mengangkat inisiatif yang mempersiapkan pebelajar untuk menghadapi kompleksitas dunia modern. Kompetisi ini diikuti peserta institusi dari berbagai latar belakang yang peduli pendidikan dan berbagai belahan dunia, dan di tahun ini ada ekstra kategori untuk partisipan mahasiswa tentang penerapan SDGs. Dalam kompetisi tersebut, bu Maureen, yang telah mengajar di program studi Teknologi Pendidikan di Unesa sejak 2003, berhasil dipilih menjadi juri bersama para pimpinan institusi dan peneliti dari berbagai institusi pendidikan dan mitra industri dari berbagai negara.
Berdasarkan rekam jejaknya, bu Maureen ditugaskan sebagai juri untuk kategori “Blended and Presence Awards”, sebuah kategori yang menghargai program inovatif yang secara terampil menggabungkan pengajaran tatap muka tradisional dengan pembelajaran daring. Penghargaan ini diperuntukkan bagi program yang menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, adaptif, dan efektif, yang menawarkan siswa yang terbaik dari kedua dunia (nyata dan maya) dengan mengintegrasikan interaksi tatap muka dengan sumber daya digital secara inovatif.
“Penelitian saya memang berpusat pada peningkatan partisipasi aktif dalam pembelajaran, baik luring maupun daring, yang difasilitasi secara digital, dengan tema-tema terkait inovasi, literasi digital, dan digital storytelling,” bu Maureen menjelaskan. “Saya tertarik mempelajari strategi untuk menumbuhkan keterampilan kritis dan ekspresi kreatif sebagai teknologi dalam pembelajaran berbantuan digital.” Menyadari fenomena pemanfaatan AI secara global saat ini, beliau juga telah memperluas penelitiannya untuk mencakup literasi AI, mengeksplorasi bagaimana keterampilan digital dan AI dapat meningkatkan hasil pembelajaran di berbagai lingkungan pendidikan melalui desain instruksional yang efektif. Ibu Maureen juga sedang menyisipkan kerangka kompetensi literasi AI yang dikembangkan oleh UNESCO dalam pembelajaran di kuliahnya.
Sebagai Juri, beliau memulai tugasnya sejak bulan September, dimana para juri diberikan akses untuk memberikan penilaian angka dan komentar tertulis melalui sistem. Dari yang ditugaskan untuk dinilai, bu Maureen mendapatkan peserta kompetisi dari berbagai benua termasuk Asia, Eropa, dan Afrika. Terdapat pengenalan dan penjelasan proyek inovasi baik tertulis maupun bentuk video-video yang diakses di YouTube. Dengan kisi-kisi penilaian yang jelas dan sistem yang tertata rapi, tugas yang dikerjakan menjadi lebih mudah. Berbagai inovasi yang luar biasa juga merupakan alasan utama yang membuat tugas menjadi juri tersebut terasa amat menyenangkan dan inspiratif. Di akhir Oktober ini, proses penjurian telah selesai dan para juri termasuk bu Maureen telah mendapatkan sertifikat sebagai pengakuan sebagai juri.
Acara pameran inovasi dan penjurian akhir akan diadakan bersama Konferensi QS Reimagine Education, yang merupakan acara penting tingkat global yang akan dihadiri beragam pemimpin dan inovator pendidikan, mulai dari pimpinan universitas dan sekolah tinggi hingga inovator teknologi pendidikan, praktisi pendidikan, dan aktifis isu-isu keberlanjutan global (SDGs). Konferensi ini, yang akan diselenggarakan pada 9-11 Desember 2024 di London, akan mendorong diskusi tentang isu-isu utama yang membentuk masa depan pendidikan. Konferensi ini menawarkan kesempatan yang sangat berharga bagi para pendidik, pembuat kebijakan, dan pemimpin industri untuk membentuk kemitraan yang mendorong inovasi ke depan.
Bu Maureen menyatakan berharap dapat ikut serta dalam konferensi tersebut, mengingat saat ini beliau juga dilibatkan dalam tim World Class University Taskforce Unesa. Menghadiri acara tersebut dapat memberikan kesempatan untuk meluaskan networking kampus. Unesa sendiri masuk sebagai institusi terkemuka di kawasan Asia. Menurut QS Asia Rankings 2025, UNESA berada di peringkat ke-221 di Asia dan ke-55 di Asia Tenggara, yang menggarisbawahi dedikasi civitas akademika selingkung Unesa terhadap keunggulan dalam pendidikan tinggi di tingkat nasional, regional, dan internasional. Pada bulan November 2023 lalu, program studi S1 Teknologi Pendidikan di UNESA sendiri telah meraih akreditasi internasional dari FIBAA, dimana saat itu bu Maureen juga membantu sebagai tim task force.Dr. Utari Dewi, Koordinator Program Studi S1 Teknologi Pendidikan, menyampaikan harapannya agar keikutsertaan bu Maureen dalam QS Reimagine Education Awards and Conference dapat menginspirasi dosen dan mahasiswa program Teknologi Pendidikan UNESA untuk mengikuti kompetisi internasional serupa tahun mendatang. “Dengan keterlibatan ibu Maureen dalam ajang global terkemuka tersebut, kami ingin meningkatkan profil kami lebih jauh lagi, dengan mendorong lebih banyak kolaborasi internasional dan proyek inovatif,” kata Ibu Utari.
Hirnanda Dimas Pradana