Heutagogi dalam Pembelajaran Abad ke-21: Membangun Kemandirian Peserta Didik

fip.unesa.ac.id – Di tengah dunia yang berubah begitu cepat, pendidikan tidak lagi bisa mengandalkan metode lama yang memposisikan siswa hanya sebagai penerima informasi. Generasi hari ini membutuhkan lebih dari sekadar hafalan; mereka butuh kemampuan untuk belajar, beradaptasi, dan berkembang secara mandiri. Di sinilah konsep heutagogi muncul sebagai pendekatan pembelajaran yang semakin relevan di abad ke-21. Heutagogi menempatkan peserta didik sebagai pengendali utama proses belajar mereka sendiri dan inilah keterampilan penting yang harus dimiliki untuk menghadapi tantangan masa depan.

Heutagogi berasal dari istilah self-determined learning, yaitu pembelajaran yang mendorong peserta didik menentukan tujuan, strategi, dan evaluasi belajarnya secara mandiri. Pendekatan ini berbeda dari pedagogi atau andragogi karena memberi ruang lebih besar kepada pebelajar untuk mengatur ritme dan jalur belajarnya. Dalam konteks pendidikan modern, heutagogi menciptakan lingkungan yang tidak hanya interaktif, tetapi juga memberdayakan peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Abad ke-21 membawa tantangan berupa informasi yang terus berubah, teknologi yang berkembang cepat, dan keterampilan baru yang harus dikuasai di dunia kerja. Dengan tantangan seperti ini, pendidikan tidak cukup hanya mengajarkan konten. Guru perlu membekali peserta didik dengan kemampuan belajar secara otonom, kemampuan berpikir kritis, dan inisiatif dalam memecahkan masalah. Heutagogi memberikan landasan kuat untuk mengembangkan ketiga kemampuan tersebut.

Dalam praktiknya, pendekatan heutagogi dapat hadir melalui pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, atau model kelas yang memungkinkan siswa mengeksplorasi materi dengan cara yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka. Guru tidak lagi menjadi pusat perhatian, tetapi fasilitator yang menyediakan dukungan, sumber daya, dan bimbingan ketika diperlukan. Peserta didik diberi ruang untuk bertanya, mencoba, gagal, memperbaiki, dan menemukan cara belajar yang paling efektif. Kemandirian belajar menjadi kunci penting dalam pendekatan ini. Siswa diajak menyusun tujuan belajarnya sendiri, merancang langkah-langkah yang akan diambil, dan mengevaluasi hasil belajarnya dengan jujur. Hasilnya, mereka tidak hanya memahami materi, tetapi juga memahami bagaimana cara belajar yang paling tepat bagi dirinya. Keterampilan semacam ini sangat bernilai dalam kehidupan akademik maupun profesional.

Dalam pembelajaran berbasis heutagogi, refleksi menjadi elemen penting. Peserta didik diajak merenungkan proses belajar mereka, menilai mana yang berhasil dan mana yang perlu diperbaiki. Refleksi ini mendorong kesadaran diri dan meningkatkan kemampuan metakognitif. Ketika siswa terbiasa dengan proses ini, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan baru karena mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif. Peran guru di era heutagogi tetap krusial, tetapi berubah bentuk. Guru bertindak sebagai mentor yang membimbing tanpa mendikte, memberi ruang tanpa melepas sepenuhnya. Dukungan yang diberikan fokus pada mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban, bukan memberikan jawaban. Dengan demikian, relasi guru-siswa menjadi lebih kolaboratif dan dialogis.

Teknologi juga memainkan peran besar dalam pendekatan heutagogi. Platform digital, sumber belajar online, dan alat kolaborasi memungkinkan siswa belajar kapan saja dan dari mana saja. Teknologi memberikan fleksibilitas sekaligus akses luas terhadap pengetahuan. Namun, teknologi bukan tujuan; yang terpenting adalah bagaimana peserta didik memanfaatkannya secara mandiri dan bertanggung jawab.

Implementasi heutagogi tidak selalu mudah. Sebagian peserta didik memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan peran baru mereka sebagai pembelajar mandiri. Namun, dengan stimulus yang tepat, pembiasaan bertahap, dan dukungan lingkungan belajar yang kondusif, mereka akan berkembang menjadi individu yang percaya diri, kreatif, dan memiliki kemampuan untuk mengelola pembelajarannya sendiri.

Pada akhirnya, heutagogi adalah jalan menuju pendidikan yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Ketika peserta didik mampu belajar secara mandiri, fleksibel, dan reflektif, mereka menjadi siap menghadapi dunia yang dinamis dan penuh perubahan. Dengan membangun kemandirian belajar sejak dini, kita tidak hanya menciptakan pelajar yang cerdas, tetapi juga generasi yang siap mengambil peran aktif dalam kehidupan dan masa depan mereka.

Penulis: Alifa

Gambar: Freepik