fip.unesa.ac.id, SURABAYA – Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) selenggarakan Mimbar Ilmiah FIP 2024 dengan tema “Transformasi Nilai-Nilai Ajaran Ki Hajar Dewantara Menuju Indonesia Emas” pada hari Selasa, 7 Mei 2024, di Ruang Sidang Gedung O1 Lantai 1 FIP UNESA.
Acara ini dihadiri oleh mahasiswa prodi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan Teknologi Pendidikan (TP) serta perwakilan dosen selingkung FIP dan diisi oleh enam narasumber dari dosen FIP di antaranya Dr. Shobri Firman Susanto, M.Pd., Dr Nuphanudin, S.IP., M.Pd., Nanda Audia Vrisaba, M.Psi, Psikolog., Mallevi Agustin Ningrum, S.Pd, M.Pd., Dr. Sjafiatul Mardliyah, S.Sos. M.A., dan Wulan Patria Saroinsong, Ph.D.
Penyampaian materi berfokus pada ajaran-ajaran Ki Hajar Dewantara yang meliputi Tripusat Pendidikan, yaitu pendidikan formal, informal, dan non-formal. Melalui kegiatan Transformasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di seluruh Indonesia dapat membantu meningkatkan kreativitas dan inovasi masyarakat. Dr. Shobri Firman Susanto, M.Pd. mengatakan bahwa selain sektor keterampilan dan inovasi, PKBM turut melaksanakan pemberdayaan komunitas dan pengembangan keterampilan berbasis industri untuk meluaskan lapangan kerja masyarakat di sektor Industri.
“Jika dihubungkan dengan nilai Tut Wuri Handayani, masyarakat harus mendukung penuh fasilitator dalam penerapan asas ‘Pendidikan Sepanjang Hayat’, yaitu pendidikan yang tak terbatas ruang, waktu,dan usia. Selagi kita masih diberi kesempatan hidup, gunakanlah waktu sebanyak-banyaknya untuk belajar,” tambahnya.
Dosen S1 PG PAUD, Mallevi Agustin Ningrum, S.Pd, M.Pd. turut menguatkan ucapan Bapak Shobri dalam konteks Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bahwa keterampilan yang perlu diterapkan untuk anak usia dini meliputi keterampilan berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan berkolaborasi.
“Selain kelima keterampilan tersebut, nilai-nilai yang harus diterapkan untuk Anak Usia Dini (AUD) yaitu Kebebasan, Kemandirian, Keadilan,dan Pendidikan Karakter melalui pembiasaan 5S (Senyum, Sapa, Salim, Sopan, dan Santun),” ucapnya. Tak berhenti disitu, Dosen S2 Pendidikan Luar Sekolah, Dr. Sjafiatul Mardliyah, S.Sos., M.A. mengatakan bahwa dekonstruksi pemikiran Ki Hajar Dewantara masih relevan di era sekarang tetapi perlu dikaji lebih lanjut lagi sebab kita masih dijajah oleh gaya hidup konsumtif dan materialistis.
“Kami sebagai dosen terus memberikan teladan dan inferensi yang baik kepada mahasiswa.” ucap Wulan Patria Saroinsong,Ph.D. Harapannya melalui tugas-tugas yang kami berikan dapat mendorong mahasiswa untuk terampil dalam bidang akademik maupun non-akademik sebagai resiliensi nilai-nilai Ki Hajar Dewantara.
Penulis : Chantika (PGSD)
Dokumentasi: Chantika (PGSD)