fip.unesa.ac.id, Surabaya – Mengajar adalah profesi yang tidak hanya menuntut keahlian akademik, tetapi juga kesabaran dan kemampuan adaptasi. Sebagai wadah perintis calon pendidik yang handal dan kompeten, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) terus berupaya meningkatkan dan memberikan fasilitas terbaik untuk mahasiswanya melalui berbagai kegiatan. Salah satunya adalah program Kampus Mengajar atau magang di berbagai sekolah yang bertujuan untuk memperkaya pengalaman mengajar mahasiswa serta sebagai upaya mengimplementasikan kompetensi yang dimilikinya. Pengalaman mengajar sebagai mahasiswa FIP di UNESA memberikan perjalanan yang bermakna dan berharga, mengajar bukan hanya tentang menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga tentang membentuk karakter dan nilai-nilai sosial siswa.
Sigit Putra Agung Winata, mahasiswa PLS FIP UNESA menceritakan mengenai pengalaman mengajar yang berkesan. “Hal yang paling berkesan bagi saya adalah ketika melihat keceriaan dan antusiasme siswa saat kami datang. Melihat siswa begitu bersemangat dan antusias untuk belajar, menyambut kehadiran kami dengan senyum dan kegembiraan, benar-benar memberikan kepuasan tersendiri untuk saya. Momen-momen seperti ini membuat saya merasa bahwa setiap usaha yang saya lakukan, meskipun kadang melelahkan, memberikan dampak positif bagi mereka.” tuturnya.
Hal itu turut dirasakan oleh Nadia Dewi Firdaus, Mahasiswa prodi Manajemen Pendidikan yang saat ini sedang magang di SDN Lakkang, Makassar. Baginya, ketika siswa patuh dan dapat memahami dengan baik dari apa yang telah diajarkan merupakan suatu kebahagiaan tersendiri. Dalam pelaksanaan program tersebut, tentunya para mahasiswa kerap menjumpai berbagai tantangan sehingga harus mampu menemukan problem solving yang baik.
“Tantangan terbesarnya adalah ketika menghadapi karakter siswa yang beragam. Ada yang sangat pendiam dan ada yang hiperaktif sehingga perlu adanya pendampingan dan perlakuan yang berbeda dalam berinteraksi dengan siswa. Tak jarang pertanyaan yang mereka lontarkan itu menyimpang dari topik pembelajaran, sehingga saya harus berpikir keras untuk memberikan pemahaman dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka” ujarnya.
Senada dengan yang disampaikan oleh Nadia, Rizqi Amaliyah mahasiswa PGSD FIP UNESA juga mengatakan bahwa selama tiga tahun terjun di dunia mengajar cukup membuatnya belajar menjadi pribadi yang lebih sabar dalam mendidik serta berupaya memahami karakteristik setiap siswa. Ia pun memberikan pesan untuk seluruh calon pengajar.
“Siapapun kalian yang merasa tidak pantas menjadi guru dan merasa tidak memiliki passion dalam mengajar cobalah dulu, karena menjadi guru itu bukanlah passion tapi kemauan dan niat yang ikhlas,” tuturnya.
Terakhir, sebagai penguat bagi calon pendidik, Sigit Putra Agung Winata mengatakan bahwa setiap siswa memiliki keunikan serta tantangan tersendiri. Sabar adalah kunci dalam menghadapi berbagai situasi yang muncul di kelas, sabar dalam menunggu proses pembelajaran siswa, dan sabar ketika hasil yang diharapkan belum terlihat. Selain sabar, penting juga untuk tetap berinovasi dalam menyampaikan materi dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Ingatlah bahwa setiap siswa adalah individu yang berbeda, dan tugas seorang guru adalah membantu mereka menemukan cara terbaik untuk belajar dan berkembang.
Penulis : Nadea Diva (BK), Chantika Toti Yuliandani (PGSD), Suhaibah Al (PGSD)