Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kembali menghadirkan penelitian yang menyoroti pentingnya kegiatan ekstrakurikuler dalam pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Pusoita Mayasari ini mengkaji efektivitas kegiatan ekstrakurikuler tari tradisional sebagai sarana penguatan efikasi diri dan kompetensi sosial siswa, khususnya di SDN 1 Pisang Patianworo, Kabupaten Nganjuk.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan model pembelajaran non-akademik yang mampu mendukung perkembangan sosial dan emosional siswa. Tari tradisional dipandang tidak hanya sebagai upaya pelestarian budaya, tetapi juga sebagai media pembelajaran yang mampu melatih kepercayaan diri, disiplin, serta kemampuan berinteraksi sosial. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diberi ruang untuk mengekspresikan diri dan belajar bekerja sama dalam suasana yang menyenangkan.
Menggunakan pendekatan mix-method dengan desain pretest–posttest, penelitian ini melibatkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tari tradisional sebagai subjek penelitian. Data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner skala efikasi diri dan lembar observasi keterlaksanaan program, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui angket serta wawancara terhadap guru dan siswa untuk menggali respon serta pengalaman selama mengikuti kegiatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler tari tradisional berjalan dengan baik dan sesuai perencanaan. Secara statistik, terdapat perbedaan signifikan antara hasil pretest dan posttest yang menandakan adanya peningkatan efikasi diri siswa. Siswa menjadi lebih percaya diri, berani mengambil keputusan, serta mampu mengelola kecemasan ketika tampil di depan umum, baik dalam latihan maupun saat pementasan.
Selain meningkatkan efikasi diri, kegiatan tari tradisional juga memberikan pengaruh positif terhadap kompetensi sosial siswa. Guru dan siswa memberikan respon sangat positif terhadap program ini, terutama dalam pengembangan sikap disiplin, kerja sama, komunikasi, serta kemampuan berinteraksi dengan teman sebaya. Nilai-nilai sosial tersebut terbentuk secara alami melalui proses latihan bersama dan pembagian peran dalam kelompok tari.
Meski menunjukkan hasil yang menggembirakan, penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan, seperti cakupan lokasi yang masih terbatas pada satu sekolah dan durasi pelaksanaan yang relatif singkat. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan adanya studi lanjutan dengan konteks sekolah yang lebih beragam dan waktu penelitian yang lebih panjang. Penelitian mahasiswa FIP Unesa ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi sekolah dasar dalam mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler tari tradisional sebagai media penguatan karakter, sekaligus mendukung pelestarian budaya bangsa sejak usia dini.