fip.unesa.ac.id Perkembangan Artificial Intelligence (AI) membawa perubahan besar di dunia pendidikan. Mulai dari chatbot pembelajaran hingga aplikasi pendamping emosional, teknologi ini semakin dekat dengan kehidupan pelajar. Meski mampu meringankan beban akademik dan mendukung kesejahteraan emosional, penggunaan AI juga menimbulkan tantangan yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Artikel ini mengulas secara lengkap bagaimana AI berdampak pada pelajar, baik dari sisi peluang maupun risiko.
Peluang AI dalam Mendukung Kesehatan Mental Pelajar
AI memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan mental pelajar, mulai dari akses dukungan emosional kapan saja hingga pembelajaran yang lebih terarah. Melalui chatbot, pelajar dapat memperoleh bantuan emosional 24/7 dalam ruang aman tanpa rasa takut dihakimi, sehingga cocok bagi mereka yang belum siap berbicara dengan orang dewasa. Selain itu, AI mampu menyesuaikan materi pembelajaran sesuai kemampuan siswa, menghadirkan pengalaman belajar yang lebih personal dan mengurangi tekanan akademik. Tidak hanya itu, beberapa platform AI juga dapat mendeteksi perubahan perilaku digital seperti penurunan performa atau aktivitas belajar, sehingga tanda-tanda stres dan burnout dapat diidentifikasi lebih awal dan mempermudah guru maupun konselor memberikan dukungan tepat waktu.
Tantangan dan Risiko AI terhadap Kesehatan Mental Pelajar
Interaksi intens dengan chatbot berpotensi membuat pelajar mengalami ketergantungan emosional pada sistem non-manusia, sehingga mereka dapat mengabaikan hubungan sosial nyata yang seharusnya menjadi dasar kesehatan mental dan akhirnya berisiko mengalami isolasi emosional. Selain itu, AI umum tidak dirancang untuk menangani masalah psikologis yang kompleks; apabila chatbot memberikan respons yang tidak akurat atau tidak sesuai konteks, terutama pada isu sensitif seperti kecemasan berat atau stres ekstrem, kondisi pelajar justru dapat memburuk karena tidak mendapatkan arahan dari profesional. Kekhawatiran lain muncul pada aspek privasi dan keamanan data, karena penggunaan AI melibatkan pemrosesan informasi pribadi yang sensitif; jika platform tidak memiliki standar keamanan tinggi, data emosional siswa dapat bocor atau disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Lebih jauh lagi, penggunaan chatbot secara berlebihan dapat menurunkan kemampuan sosial pelajar, karena mereka menjadi terlalu nyaman berkomunikasi dengan AI dan akhirnya kesulitan berinteraksi langsung dengan manusia, termasuk dalam hal empati, negosiasi, dan komunikasi interpersonal.
Peran Sekolah dan Orang Tua dalam Menghadapi Era AI
Pelajar perlu dibekali literasi digital dan literasi AI yang kuat agar memahami cara kerja teknologi, batasannya, serta penggunaan yang bijak, sehingga risiko penyalahgunaan dapat diminimalkan dan mereka mampu memilah informasi dengan lebih kritis. Meskipun AI dapat menjadi alat bantu yang efektif, dukungan manusia tetap tak tergantikan; kehadiran guru, konselor, dan orang tua sangat penting sebagai pendamping emosional utama yang mampu memahami konteks dan kompleksitas perasaan pelajar. Pengawasan penggunaan AI juga menjadi hal krusial, karena orang tua dan pendidik perlu memastikan pelajar tidak menggunakan teknologi ini secara berlebihan atau terpapar platform yang berisiko memengaruhi kesehatan mental mereka secara negatif. Selain itu, sekolah perlu memilih platform AI yang aman, memiliki transparansi data, dan bekerja sama dengan profesional kesehatan mental agar teknologi dapat digunakan secara etis dan mendukung perkembangan pelajar secara sehat dan menyeluruh.
Mengoptimalkan AI untuk Generasi Sehat Mental
AI memberikan peluang besar dalam mendukung pembelajaran dan kesejahteraan emosional pelajar. Namun, teknologi ini juga membawa risiko yang perlu diantisipasi dengan bijak. Dengan literasi digital yang baik, pendampingan dari orang dewasa, serta pemilihan platform yang tepat, AI dapat menjadi alat positif yang membantu generasi muda tumbuh sebagai individu yang cerdas secara digital dan kuat secara mental.
Penulis: Alifa