fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Pernah merasa lelah tanpa sebab padahal seharian hanya bermain ponsel, menggulir media sosial, atau menonton video pendek hingga waktu terasa berlalu begitu saja? Fenomena tersebut menggambarkan kondisi banyak orang di era digital saat ini. Kita hidup di dunia yang selalu terhubung, namun sering kali justru merasa jauh dari diri sendiri. Dari situ muncul konsep digital minimalism—sebuah gaya hidup sederhana di dunia digital.
Secara sederhana, digital minimalism berarti menggunakan teknologi seperlunya untuk hal-hal yang benar-benar penting dan bermakna. Bukan berarti menjauh dari dunia online, melainkan mengatur ulang cara kita berinteraksi dengan teknologi agar hidup terasa lebih tenang, fokus, dan seimbang. Ada berbagai langkah sederhana yang dapat diterapkan untuk memulai gaya hidup ini.
Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari:
Menutup aplikasi di “recent apps” jika sudah tidak digunakan. Banyak orang tidak menyadari bahwa aplikasi yang dibiarkan terbuka di latar belakang dapat membuat otak tetap siaga. Menutup aplikasi setelah selesai digunakan membantu otak menjadi lebih rileks.
Menggunakan gadget dengan tujuan yang jelas. Sebelum membuka ponsel, pastikan kita tahu apa tujuannya—misalnya membuka YouTube untuk mencari materi kuliah, bukan sekadar menonton vlog atau podcast.
Menghapus aplikasi yang tidak penting. Aplikasi yang diunduh karena rasa FOMO (Fear of Missing Out) dan jarang digunakan sebaiknya dihapus agar memori tidak penuh dan penggunaan ponsel lebih efisien.
Membuat zona digital dan zona bebas layar. Zona digital adalah waktu di mana kita boleh menggunakan gadget, sedangkan zona bebas layar diterapkan saat makan, belajar, beribadah, atau berinteraksi langsung dengan orang lain.
Membatasi penggunaan gadget dengan timer. Atur alarm atau pengingat agar waktu penggunaan gadget tetap terkontrol, dan berhentilah saat waktu habis.
Mengalihkan aktivitas digital ke aktivitas fisik. Dengarkan musik melalui speaker, menulis catatan di jurnal fisik, atau membaca buku cetak untuk mengurangi paparan layar.
Mengaktifkan notifikasi hanya untuk aplikasi penting. Notifikasi sering kali menjadi sumber distraksi. Aktifkan hanya untuk aplikasi esensial seperti pesan atau panggilan.
Menerapkan mindful tech use. Sebelum membuka gadget, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini untuk produktivitas, atau hanya pelarian dari kehidupan nyata?” Pertanyaan ini membantu kita lebih sadar dalam menggunakan teknologi.
Digital minimalism menjadi solusi efektif di tengah gaya hidup serba digital yang tanpa disadari dapat menguras energi mental. Konsep ini menekankan pentingnya menggunakan teknologi secara sadar, seperlunya, dan bermakna. Dengan langkah-langkah sederhana seperti mengatur waktu layar, menutup aplikasi tidak terpakai, hingga beralih ke aktivitas fisik, kita dapat menjaga keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata.
Pada akhirnya, digital minimalism bukan tentang menjauhi teknologi, melainkan tentang mengelolanya agar tetap memberi energi, fokus, dan ketenangan dalam keseharian.
Penulis: Yesi Seha (TP), Ghisa Maulina (PGSD), Zahira Auliya (PGSD)
Editor: Nelly Najwa (PGSD)
Dokumentasi: pexels.com