fip.unesa.ac.id – Surabaya Berbeda dengan tahun sebelumnya, materi keenam pada PKKMB kedua tahun ini disampaikan oleh pihak rektorat hanya kepada 75 peserta PKKMB delegasi Fakultas Ilmu Pendidikan di gedung rektorat. Selain 75 peserta PKKMB delegasi, peserta PKKMB lainnya mengikuti materi melalui teleconference di setiap fakultas. Fakultas Ilmu Pendidikan melakukan teleconference di ruang auditorium O5. Pada teleconference kali ini, Deputi V Kantor Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani, M.A menjadi Keynote Speaker. Narasumber lainnya yang mengisi materi keenam ini diantaranya adalah Kapolda Jatim Brigadir Jenderal Polisi Drs. Toni Harmanto, M.H., Direktur Pencegahan BNPT Brigadir Jenderal Polisi Ir. Hamli, M.E., Rektor Universitas Negeri Surabaya yang diwakili oleh Wakil Rektor 1, dan penulis buku “Membongkar Proyek Khilafah HTI” Dr. Ainur Rofiq Al-Amin, S.H., M.Ag.
Deputi V Kantor Staf Kepresidenan menyampaikan terdapat 3 perubahan utama yang terjadi di tatanan nasional, yaitu kemunculan generasi milenial, tantangan identitas kebangsaan, dan fenomena hijrah di Indonesia. Berdasarkan data Bappenas, dari 132.000.000 pengguna internet, terdapat 86,5% generasi milenial usia 16-35 tahun sebagai pengguna internet. Hal ini perlu diberi perlakuan khusus agar generasi muda tidak terpengaruh budaya luar yang buruk. Dalam menghadapi tantangan identitas kebangsaan, perlu ditanamkan nilai-nilai pancasila pada generasi milenial. Fenomena hijrah seharusnya berpindah dari keadaan saat ini menuju keadaan yang lebih baik dengan mengaktualisasikan diri ke arah yang lebih positif sesuai dengan ideologi pancasila.
Brigjen Pol. Ir. Hamli, M.E. mengatakan perkembangan paham terorisme sangat menakutkan. Pencegahan dini dalam menanggulangi terorisme harus terus dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, motif aksi terorisme berasal dari ideologi agama, solidaritas komunal, mob mentality, balas dendam, situasional, dan separatisme. Proses rekrutmen radikalisme di kampus dilakukan dengan mendekati mahasiswa baru dengan berbagai pendekatan dan pada tahap selanjutnya mendoktrin mahasiswa dengan ajaran-ajaran radikal. Doktrinasi yang dilakukan dengan mengadakan pengajian yang bermaterikan tentang toghut, kafir demokrasi, khilafah, mati syahid, serta pembahasan takfiri. Menurut BNPT dalam menangkal terorisme kearifan lokal, kesejahteraan, kebebasan, kepercayaan umum, keadilan, dan pertahanan dan keamanan dapat dikembangkan oleh perguruan tinggi.
Wakil rektor 1 Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd memaparkan bagaimana mengenali radikalisme melalui ciri-ciri yang terlihat. Setidaknya ada 4 ciri radikalisme yang dapat dilihat, yaitu memaksakan pendapat dan kehendak, ekslusif, fanatik, dan revolusioner. Mahasiswa sebagai generasi muda bangsa harus menolak dan tidak mengikuti pemikiran, sikap, dan perilaku yang mengarah pada ciri-ciri radikalisme. Generasi muda memiliki peran penting dalam menangkal radikalisme. Universitas Negeri Surabaya memiliki lembaga yang dibangun untuk menangkal munculnya radikalisme di kampus. Universitas Negeri Surabaya melalui Idaman Jelita, berusaha menangkal radikalisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.