Smartphone di Sekolah Dasar, Sahabat Belajar atau Ancaman Baru bagi Fokus Siswa

fip.unesa.ac.id, SURABAYA–Kehadiran smartphone di lingkungan sekolah dasar menjadi fenomena yang semakin akrab ditemui dalam beberapa tahun terakhir. Tidak sedikit siswa datang ke sekolah dengan membawa gawai pribadi, baik sebagai sarana komunikasi, hiburan, maupun pendukung pembelajaran digital. Namun, kondisi ini menjadi perdebatan yang menarik dalam dunia pendidikan: apakah smartphone benar-benar membantu proses belajar atau justru menjadi pengalih perhatian bagi siswa?

Dalam konteks pendidikan era 5.0, digitalisasi dianggap sebagai bagian dari transformasi pembelajaran. Beberapa sekolah mulai memanfaatkan platform belajar digital, aplikasi edukatif, hingga augmented reality yang hanya dapat diakses melalui smartphone. Penggunaan tersebut dinilai mampu meningkatkan interaktivitas, kreativitas, hingga motivasi belajar siswa dalam memahami materi. Tak hanya itu, siswa juga dituntut untuk memiliki literasi digital sejak dini sebagai bekal menghadapi tantangan perkembangan zaman.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan smartphone di sekolah dasar juga menghadirkan tantangan besar. Banyak guru melaporkan bahwa konsentrasi siswa lebih mudah teralihkan oleh permainan, media sosial, atau konten hiburan lain yang tidak berkaitan dengan pembelajaran. Beberapa pihak juga menyoroti masalah keamanan digital, cyberbullying, serta paparan konten yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak.

Dalam menyikapi fenomena ini, peran ekosistem sekolah menjadi sangat penting. Pendampingan guru dan orang tua, kebijakan penggunaan yang jelas, serta penyediaan aplikasi edukatif yang tepat menjadi beberapa langkah yang dinilai mampu menyeimbangkan manfaat dan risiko penggunaan smartphone di jenjang sekolah dasar.

Hal senada juga disampaikan oleh Dede Rahayu, mahasiswi PGSD. Ia menilai penggunaan smartphone bukan sekadar persoalan boleh atau tidak, melainkan bagaimana penggunaannya diarahkan. Menurutnya, “Smartphone memang bisa menjadi media belajar yang efektif, tetapi tanpa pendampingan yang jelas justru bisa mengganggu fokus siswa. Saya percaya teknologi tidak harus dihindari, tetapi perlu diarahkan agar digunakan untuk mendukung pembelajaran, bukan menjadi distraksi,” ujarnya.

Dengan berbagai dinamika tersebut, penggunaan smartphone di sekolah dasar masih menjadi ruang evaluasi dan pembelajaran bersama. Dunia pendidikan perlu terus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, sembari tetap menempatkan nilai karakter, fokus belajar, dan perkembangan anak sebagai prioritas utama.

Ke depan, tantangan bukan lagi tentang melarang atau memperbolehkan, melainkan bagaimana menciptakan ekosistem pembelajaran digital yang sehat, aman, dan berorientasi pada masa depan generasi penerus bangsa.

Dokumentasi: Pinterest