Semester Ideal untuk Mengikuti Kegiatan Organisasi atau Volunter Kampus

fip.unesa.ac.id – SURABAYA – Bagi mahasiswa, berorganisasi atau menjadi relawan bukan hanya sekadar aktivitas di luar kelas, tetapi juga investasi penting untuk masa depan. Namun, muncul pertanyaan: kapan waktu yang tepat untuk berorganisasi atau mengikuti kegiatan volunteer? Beberapa mahasiswa memilih bergabung sejak semester awal, sementara yang lain menunggu hingga merasa lebih siap. Lantas, semester mana yang ideal untuk memulai?

Mahasiswa baru sering kali dianjurkan untuk fokus pada adaptasi akademik sebelum terjun ke organisasi. Namun, bukan berarti mereka tidak bisa mulai eksplorasi. Salah seorang mahasiswi yang duduk di semester 2, Aqila Tsabitha dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) mengungkapkan bahwa saat ini dirinya aktif dalam empat organisasi, terdiri dari dua UKM, yakni PGSD Development Community (PDC) dan Pegazus (jurnalistik), serta dua organisasi mahasiswa (ormawa), yaitu HMP PGSD dan FORMASDA (Forum Mahasiswa Sidoarjo). Keikutsertaannya dalam banyak organisasi di semester awal didasari oleh keinginannya untuk memanfaatkan masa transisi dari sekolah ke jenjang perkuliahan dengan lebih produktif. 

“Kegiatan non-akademik memberikan saya kesempatan untuk belajar keterampilan baru, bertemu orang-orang baru, dan merasakan pengalaman yang berbeda dari kegiatan akademik. Saya bisa melatih kemampuan seperti manajemen waktu, kerja sama tim, dan komunikasi,” ujarnya.

Ketika mahasiswa telah memasuki semester 3 dan 4, mahasiswa umumnya sudah lebih memahami ritme perkuliahan. Ini menjadi momen yang tepat untuk lebih aktif dalam organisasi atau menjadi volunteer. Pada tahap ini, mahasiswa bisa mulai mengambil peran sebagai panitia dalam acara kampus atau bergabung dalam kegiatan sosial yang bisa memperkaya pengalaman mereka. Bahkan tak jarang pada semester 3 dan 4 banyak mahasiswa yang mencoba menjadi seorang pemimpin dalam kegiatan non-akademik yang diikutinya. Mereka berkesempatan menjadi ketua organisasi, koordinator program, atau mengelola proyek yang dirasa cocok.

Di semester 7 dan 8, mahasiswa mulai disibukkan dengan skripsi dan persiapan karier. Meski demikian, bukan berarti mereka harus berhenti berorganisasi. Mengikuti kegiatan yang lebih fleksibel, seperti seminar, proyek jangka pendek, atau mentoring, bisa menjadi pilihan. Beberapa mahasiswa juga mulai aktif dalam magang atau proyek penelitian yang bisa mendukung karier mereka di masa depan.

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada aturan baku mengenai semester ideal untuk mulai aktif dalam organisasi atau volunteer. Keputusan tersebut bergantung pada kesiapan masing-masing individu dalam mengatur waktu serta menyeimbangkan antara akademik dan kegiatan ekstrakurikuler.

Pada akhirnya, yang terpenting adalah bagaimana mahasiswa dapat memanfaatkan pengalaman berorganisasi untuk mengembangkan potensi diri dan membangun jaringan yang bermanfaat bagi masa depan.

Penulis: Zahira Auliya Soekandar (PGSD)