fip.unesa.ac.id, 21 Oktober 2024 – Program studi S3 Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) bekerjasama dengan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI) menyelengarakan Seminar Nasional dengan dengan tema ā€¯edutechnopreneurship di era smart society 5.0. Seminar yang diselenggarakan dilaksanakan secara kombinasi luring dan daring.
Ada 4 narasumber yang mengisi seminar, yakni Prof. Dr. Mustaji, Pd, Koordinator Program Studi S3 Teknologi Pendidikan FIP Unesa, I Gusti Agung Ketut Satrya Wibawa S.Sos, MSC, Ph.D selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura, Dr. Ixsora Gupita Cinantya, M.Pd dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Esa Unggul Jakarta, dan Sugiarso, M.Pd koordinator Papuan Bridge Program Freeport Indonesia.
Seminar edutechnopreurship ini dilaksanakan untuk mengindenfikasi materi kuliah apa yang dipelajari dalam mata kuliah edutechnopreurship dan upaya mengembangkan kompetensi lulusan dan para anggota IPTPI dalam bidang edutechnopreurship di era smart society 5.0. Selain itu juga bertujuan untuk memenukan model pembelajarn yang cocok untuk membelajarkan pemahaman dan keterampilan dalam bidang edutechnoprenurship. Masyarakat 5.0 (Society 5.0) atau masyarakat super pintar (super smart society)adalah konsep masyarakat masa depan yang diusulkan oleh Jepang. Masyarakat 5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik.Masyarakat 5.0 diusulkan dalam Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 oleh mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang diresmikan tahun 2019
Menurut Prof. Dr. Mustaji, M.Pd materi yang perlu dikaji untuk mata kuliah edutechnopreneurship antara lain konsep tentang technopreneur dan Bisnis / Introduction to Technopreneur and Business, mengenali Peluang dan Menciptakan Ide Bisnis / Recognizing Opportunities and Creating Business Ideas, kelayakan Bisnis /Business Feasibility, Mengembangkan Business Model yang efektif / Developing an effective Business Model, menyusun Business Plan / Business Plan Writing Systematics, Manajemen Pemasaran / Marketing Management, Manajemen Operasional dan SDM / Operational and HR Management, dan Manajemen Keuangan / Financial Management . Model pembelajaran yang cocok untuk mempelajarkan edutechnoprenuership adalah model Product Based Learning (PBL). PBL adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang dan di laksanakan berdasarkan pada prosedur kerja standar dan aktual (kondisi pekerjaan nyata) guna menghasilkan barang ataupun jasa yang sesuai dengan permintaan pasar dan pelanggan.
I Gusti Agung Ketut Satrya Wibawa S.Sos, MSC, Ph.D mengkaji tentang Perbandingan peran edutechnopreneurship pada era Smart Society 5.0 di Indonesia dan Singapura memiliki beberapa perbedaan mendasar yang terkait dengan tingkat perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah, dan ekosistem pendidikan serta kewirausahaan di kedua negara. Secara keseluruhan, peran edutechnopreneurship di Singapura lebih maju dengan dukungan yang kuat dari pemerintah, infrastruktur yang memadai, dan ekosistem yang kolaboratif antara pendidikan dan industri. Sementara itu, Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, namun menghadapi tantangan dalam hal pemerataan infrastruktur dan akses teknologi. Meski demikian, peluang di Indonesia sangat besar dengan populasi yang lebih luas dan semakin berkembangnya startup edutech yang dapat mengisi kesenjangan di sektor pendidikan.
Dr. Ixsora Gupita Cinantya, M.Pd membahas tentang Sinergi Edutechnopreneurship untuk Smart Society 5.0. Bu Ixsora menyatakan bahwa Edutechnopreneurship merupakan kombinasi antara pendidikan, teknologi, dan kewirausahaan. Edutechnopreneurship mendorong kreativitas melalui penerapan teknologi dalam pengembangan bisnis. Sedangkan Smart Society 5.0 merupakan konsep yang menyatakan bahwa teknologi (AI, IoT, Big Data) akan hidup berdampingan dengan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan. Tantangan di Era Smart Society 5.0 antara lain adalah Perubahan teknologi yang cepat, Kebutuhan akan keterampilan berpikir kreatif dan problem- solving, dan kesenjangan digital dan pentingnya literasi teknologi.
Sugiarso, M.Pd koordinator Papuan Bridge Program Freeport Indonesia menyajikan makalah tentang Edutechnopreneurship: dari Kompetensi ke Aksi. Edtech entrepreneurship adalalah proses pembuatan, pengembangan, dan penskalaan produk dan layanan pendidikan yang memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan hasil dan pengalaman pembelajaran. Sama seperti profesional bisnis lainnya, tujuan utama dari profesi ini adalah untuk memaksimalkan peluang bisnis dan potensi keuntungan, tetapi dalam hal ini dicapai melalui pemanfaatan teknologi pendidikan. Edutechnopreneur adalah inovator yang berusaha memecahkan tantangan dan peluang pendidikan dengan solusi baru dan efektif.
Merujuk kurikulum S1 TP Unesa 2024, matakuliah bisa dikembangkan untuk membekali mahasiswa dalam edutechnopreneursip antara lain, kewirausahaan, manajemen event, berpikir kritis dan kreatif, kepemimpinan inklusi, empati dan kecerdasan emosional, komunikasi dan kerjasama tim, trend market teknologi pendidikan, addie program kewirausahaan. Kompetensi teknis bisnis dan kewirausahaan dengan merujuk ke matakuliah di kurikulum program studi ekonomi dan bisnis di perguruan tinggi dan pelatihan indutri, misalnya riset pasar, kepuasan pelanggan, manajemen kualitas, rekayasa proses bisnis, kepemimpinan bisnis, pemberdayaan karyawan, ketrampilan keuangan, management proyek, dan manajemen jaringan pemasok
Bagaimana pendapat Anda?
[cakmus-24]