Pentingnya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Abad-21

fip.unesa.ac.id, SURABAYA – Bertambah derasnya arus informasi di era digital, membuat tuntutan kompetensi semakin berkembang terutama dalam aspek 4C (Critical Thinking, Creativity, Communication, dan Collaboration). Empat pokok tersebut didasari pada pondasi utamanya yaitu Critical Thinking atau Berpikir kritis.  Mahasiswa tidak hanya dituntut menerima informasi begitu saja, tetapi juga menganalisis, mengevaluasi, dan menelusuri kebenarannya. Pakar pendidikan menilai bahwa rendahnya keterampilan berpikir kritis dapat membuat seseorang mudah terpengaruh oleh hoaks.  Oleh karena itu, pendidikan dan literasi digital dianggap sebagai kunci untuk membentuk individu yang lebih bijak dalam mengolah informasi.

Apa sih Critical Thinking itu?

Critical Thinking atau berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menafsirkan informasi secara objektif guna mengambil keputusan yang tepat. Berpikir kritis dapat menghindari kesalahan logika sehingga menghasilkan keputusan yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk memproses informasi secara efektif dan membentuk penilaian dan keputusan yang beralasan berdasarkan data. Dengan keterampilan berpikir kritis, seorang mahasiswa mampu membuka perspektif sudut pandang yang luas terhadap berbagai topik.

Lantas, apa pentingnya berpikir kritis bagi mahasiswa?

  1. Meningkatkan kemampuan akademik. Dengan berpikir kritis mahasiswa mampu memahami dan menggabungkan konsep secara mendalam dan memberikan solusi inovatif yang berdampak pada peningkatan prestasi akademik. 
  2. Menunjang kesuksesan di dunia kerja. Berpikir kritis melatih mahasiswa memecahkan masalah secara efektif dan analitis sehingga berdampak pada kemampuan profesional yang adaptif dan inovatif mereka dalam menghadapi tantangan pekerjaan. 
  3. Menghindari hoaks dan misinformasi. Di era perkembangan teknologi yang cepat saat ini, informasi sangat mudah tersebar luas termasuk informasi yang menyesatkan. Dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa mampu menyaring kebenaran informasi yang diterima sehingga tidak akan terpengaruh ke informasi yang menyesatkan. 
  1. Mendorong kreativitas dan inovasi Kegiatan berpikir kritis tidak hanya pada analisis dan evaluasi tetapi juga menemukan solusi. Hal ini mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas untuk menemukan solusi inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat. 

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu keterampilan yang wajib dimiliki mahasiswa di masa ini. Memiliki kemampuan berpikir kritis tidak bisa timbul dengan sendirinya namun perlu beberapa cara-cara untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. 

Berikut merupakan cara-cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis :

  1. Memperbanyak membaca dan berdiskusi. Membaca banyak sumber yang kredibel dan memperbanyak berdiskusi dengan orang lain dapat melatih diri mahasiswa dalam mengevaluasi informasi dan memahami berbagai sudut pandang. 
  1. Bertanya dan menganalisis. Jangan menerima informasi dengan mudah tanpa memeriksa kebenarannya. Mahasiswa harus membangun kebiasaan untuk bertanya, mencari fakta, dan menganalisis sebelum mengambil kesimpulan. 
  1. Melatih Pemecahan Masalah. Dengan menyelesaikan permasalahan secara langsung seperti mengerjakan studi kasus dan melakukan penelitian dapat meningkatkan kemampuan berpikir. 
  1. Bijak dalam berteknologi. Teknologi dapat membantu kemampuan berpikir kritis mahasiswa jika digunakan dengan bijak. Melalui teknologi mahasiswa dapat mencari informasi yang valid dengan mudah sehingga menambah wawasan mereka. 

Dengan keterampilan ini, mereka tidak hanya mampu memahami dan memproses informasi dengan bijak, tetapi juga dapat memberikan kontribusi positif di masyarakat dan dunia kerja. Oleh karena itu, penting bagi setiap mahasiswa untuk secara aktif mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui berbagai cara, agar dapat menghadapi perkembangan zaman dengan kesiapan yang matang, kreatif, dan penuh pertimbangan.

Penulis: Chantika Toti Yuliandani (PGSD), Tita Rahmawati (PLB), Zahira Auliya Soekandar (PGSD)

Dokumentasi: Arsip PIF