PLS Bukan Pilihan Kedua Melainkan Kunci Masa Depan Tanpa Pengangguran

fip.unesa.ac.id, SURABAYA––Isu pengangguran di Indonesia masih menjadi tantangan besar, terutama di kalangan lulusan SMA hingga perguruan tinggi. Data Badan Pusat Statistik beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa pengangguran tidak selalu disebabkan oleh kurangnya ijazah, tetapi gap antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan dunia kerja. Di tengah situasi tersebut, Pendidikan Luar Sekolah (PLS) semakin mendapat sorotan sebagai salah satu solusi alternatif untuk menghasilkan generasi yang siap kerja dan berdaya.

Berbeda dengan pendidikan formal yang fokus pada kurikulum akademik dan evaluasi berbasis nilai, pendidikan luar sekolah hadir dengan pendekatan fleksibel, adaptif, dan langsung menyasar kebutuhan masyarakat. Beragam program seperti pelatihan vokasional, kursus keterampilan, kewirausahaan, pengembangan softskill, hingga pelatihan digital menjadi ruang belajar yang memungkinkan masyarakat meningkatkan kapasitas tanpa harus berada dalam sistem sekolah formal.

Seorang mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Surabaya menilai bahwa keberadaan PLS bukan hanya pelengkap, tetapi sudah menjadi kebutuhan strategis di era modern.

“Di PLS, masyarakat belajar hal yang benar-benar mereka butuhkan untuk hidup dan bekerja. Tidak semua orang harus masuk kuliah empat tahun, tetapi semua orang harus punya keterampilan agar tidak tertinggal. PLS membuka peluang itu,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa pendidikan luar sekolah dapat menjadi jembatan bagi kelompok masyarakat yang kesulitan melanjutkan pendidikan formal—baik karena ekonomi, waktu, maupun kondisi sosial.

Menurutnya, pelatihan berbasis kompetensi seperti desain grafis, teknologi informasi, tata boga, tata rias, hingga pengelolaan usaha kecil dapat secara langsung membantu masyarakat menciptakan pekerjaan, bukan hanya mencari pekerjaan.

“Jika program PLS diperkuat, terutama dalam akses, pendampingan, dan kerja sama dengan industri, angka pengangguran bisa jauh berkurang karena masyarakat tidak hanya diberi pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk menghasilkan penghasilan,” tambahnya.

Selain itu, mahasiswa tersebut melihat pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat bahwa belajar tidak hanya berarti duduk di bangku sekolah.

“Mindset ini masih banyak yang salah. Pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah. Belajar bisa dari mana saja, kapan saja, dan melalui jalur apa saja. Dan itu sah. Yang penting hasilnya membawa manfaat,” katanya.

Dengan dunia kerja yang semakin kompetitif dan teknologi yang terus berkembang cepat, pendidikan luar sekolah dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi sistem pendukung ekonomi dan sosial masyarakat. Jika dikelola dan dikembangkan dengan baik, PLS dapat menjadi kunci lahirnya masyarakat yang mandiri, kompeten, dan mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman.

Dokumentasi: Pinterest