PKKMB FIP UNESA, Mempersiapkan Mahasiswa Baru S2 dan S3 Menyongsong Dunia Akademik

fip.unesa.ac.id. SURABAYA—Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menyelenggarakan Pengukuhan Mahasiswa Baru (PKKMB) untuk program magister (S2) dan doktoral (S3) Tahun Akademik 2025/2026  secara hybrid pada Senin, 1 September 2025 di Ruang Sidang O1 FIP UNESA.

Dekan FIP UNESA, Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., secara resmi membuka dan mengukuhkan para mahasiswa. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian jas almamater secara simbolis kepada perwakilan mahasiswa S2, Firda Ashlikhatul Kirom dari Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, dan perwakilan mahasiswa S3, Pak Poltjes Pattipeilohy dari Program Studi Manajemen Pendidikan. Keduanya kemudian memimpin pembacaan janji mahasiswa baru yang diikuti oleh seluruh peserta, baik yang hadir secara luring maupun daring.

Rangkaian acara PKKMB ini juga diisi dengan berbagai penyampaian informasi penting. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Budi Purwoko, S.Pd., M.Pd., memaparkan peraturan akademik, kemahasiswaan, dan alumni di FIP UNESA. Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Prof. Dr. Andi Kristanto, S.Pd., M.Pd., menyampaikan informasi terkait administrasi keuangan dan sarana prasarana.

Di luar acara formal, wawancara dengan dua mahasiswa baru Program S2 Bimbingan dan Konseling (BK) UNESA mengungkap beragam motivasi serta tantangan yang mereka hadapi. Dyah Amelia Susanti menyampaikan bahwa kesempatan beasiswa menjadi alasan utama dirinya melanjutkan studi. “Motivasi saya sebenarnya karena mendapat kesempatan dari UNESA. Saya menjadi salah satu penerima beasiswa Wisudawan periode ke-113. Jadi kuliah S2 saya nanti sepenuhnya dibiayai kampus. Sayang sekali kalau kesempatan ini tidak dimanfaatkan,” ungkapnya.

Berbeda dengan Dyah, Muhammad Adi Santoso memiliki motivasi lain. Ia memandang pendidikan sebagai investasi terpenting dalam hidup. Selain itu, ia merasa perlu menggali lebih dalam ilmu Bimbingan dan Konseling karena masih merasa kurang saat menempuh studi S1.

Terkait tantangan, Dyah mengaku khawatir menghadapi perbedaan pola perkuliahan. “Tantangannya lebih ke takut kaget dengan tugas-tugasnya, karena pasti di S2 berbeda dengan S1. Tapi saya cukup terbantu dengan informasi dari fakultas bahwa tugas akhir lebih banyak berupa proyeksi,” ujarnya.

Sementara itu, Adi menilai bahwa tantangan terbesar justru ada pada kesiapan mental, mengingat latar belakang dan pengalaman teman-teman seangkatan yang sangat beragam. Meski begitu, ia merasa lebih tenang setelah mengetahui dari kegiatan PKKMB bahwa beban kuliah tetap ditetapkan secara proporsional untuk semua mahasiswa.

Sebagai penutup, keduanya berpesan kepada calon mahasiswa pascasarjana agar terus belajar dan mematangkan niat sebelum memutuskan melanjutkan studi. Menurut mereka, niat yang kuat akan menjadi modal utama dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi akademik maupun ekonomi.

Penulis: Dyah Ayu (TP)

Dokumentasi: Eliya (MP)

Editor: Nelly (PGSD)