fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Sebagai upaya memperkuat nilai-nilai kemanusiaan di tengah derasnya arus digitalisasi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) menggelar Seminar Nasional pada Kamis, 15 Mei 2025 di Gedung O1 Kampus Lidah Wetan.
Kegiatan ini menjadi wadah strategis bagi para calon pendidik dan untuk membahas bagaimana pendidikan dasar dapat membentuk generasi berkeadaban melalui integrasi nilai humanistik dan teknologi.

Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan, dan Alumni, Prof. Dr. Budi Purwoko, S.Pd., M.Pd., menyebutkan pentingnya pendekatan humanistik dalam sistem pendidikan. “Pendidikan dasar merupakan pondasi karakter. Maka dari itu, pendekatan humanistik harus menjadi poros dalam setiap inovasi teknologi pendidikan,” ujar Prof. Budi.
Senada dengan hal tersebut, Koordinator Prodi PGSD FIP UNESA, Dr. Putri Rachmadyanti, S.Pd., M.Pd., menyampaikan harapannya agar seminar ini menjadi pemantik gagasan dan aksi nyata calon pendidik dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan sejak dini melalui pembelajaran yang adaptif terhadap era digital.
Kepala Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK) Provinsi Jawa Timur, Dr. Drs. Abu Khaer, M.Pd., mengupas tantangan dehumanisasi dalam pendidikan digital yang meliputi pergeseran interaksi antarmanusia, penggantian peran manusia oleh teknologi, hingga menurunnya daya kritis anak.

“Guru harus menjadi fasilitator nilai-nilai humanistik. Tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat seperti bangun pagi, ibadah, olahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur tepat waktu dapat menjadi fondasi karakter kuat di era digital,” terangnya.
Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., dari Universitas Pendidikan Indonesia, yang menyoroti pentingnya penguatan interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai kunci implementasi deep learning. Ia menekankan bahwa pengaruh guru dalam prestasi anak mencapai 30 persen.
“Era digital harus direspons dengan bijak. Guru harus menciptakan ruang pembelajaran yang menyenangkan (joyful), fokus (mindful), dan bermakna (meaningful), tanpa menghapus tradisi dan budaya yang membentuk jati diri bangsa,” jelas Prof. Mubiar.
Sementara itu, dosen PGSD FIP UNESA, Dr. Heru Subrata, M.Si., membawakan materi terakhir terkait transformasi digital dalam pembelajaran dasar. Ia mengajak para pendidik untuk menyambut teknologi sebagai solusi, bukan ancaman.
“Teknologi adalah alat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan strategi yang tepat, kita bisa menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan inklusif,” tegas Dr. Heru.
Penulis: Dede Rahayu Adiningtyas (PGSD)