fip.unesa.ac.id – Isu kedisiplinan siswa di Sekolah Dasar (SD) seringkali menjadi tantangan utama bagi guru. Masalah seperti melanggar peraturan dapat menghambat potensi dan prestasi belajar siswa, yang menuntut adanya pendekatan penanganan yang efektif. Pemberian hukuman fisik atau emosional terbukti berakibat negatif bagi perkembangan anak dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Mengingat pentingnya pembentukan karakter yang kuat sejak dini, sebuah proposal tesis menyoroti implementasi Pendekatan Disiplin Positif melalui model Segitiga Restitusi sebagai solusi inovatif untuk mengatasi tantangan kedisiplinan di tingkat SD.
Disiplin Positif: Mengubah Hukuman Menjadi Pembelajaran Jangka Panjang
Disiplin Positif didefinisikan sebagai pendekatan dalam mendisiplinkan siswa dengan berkomunikasi tentang keyakinan dan konsekuensi logis melalui sikap tanggung jawab, empati, dan sopan. Pendekatan ini merupakan solusi jangka panjang untuk membangun disiplin diri dan saling menghormati , tanpa memberikan kekerasan maupun hukuman. Program ini bertujuan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa agar perilaku baik muncul dari kesadaran diri, bukan karena paksaan atau ketakutan. Hukuman hanya menciptakan disiplin jangka pendek dan dapat menimbulkan kebencian murid kepada guru.
Segitiga Restitusi: Tiga Langkah Kunci Memperbaiki Kesalahan
Untuk mengimplementasikan Disiplin Positif secara terstruktur, digunakanlah model Segitiga Restitusi. Model ini merupakan proses dialog tiga langkah yang dilakukan guru untuk membantu peserta didik memperbaiki kesalahannya. Tiga langkah tersebut meliputi: 1) Menstabilkan Identitas, bertujuan mengubah identitas siswa dari gagal menjadi berhasil; 2) Validasi Tindakan yang Salah, membantu guru memahami kebutuhan dasar yang menjadi alasan siswa melakukan pelanggaran ; dan 3) Menanyakan Keyakinan, siswa diarahkan untuk merefleksikan nilai-nilai kebajikan yang diyakini (keyakinan kelas) dan menemukan solusi untuk masalah mereka sendiri.
Studi Kasus di UPT SD Negeri 64 Gresik
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods (kuantitatif dan kualitatif) dengan strategi eksplanatoris sekuensial untuk menelusuri implementasi Segitiga Restitusi di UPT SD Negeri 64 Gresik. Meskipun 68% siswa di sekolah ini telah memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, masih ada 13% siswa di tingkat rendah yang didominasi oleh siswa kelas 5. Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh pendekatan restitusi dalam meningkatkan disiplin siswa, mendeskripsikan pandangan guru, dan mengidentifikasi tantangan yang dihadapi guru saat implementasi. Data akan dikumpulkan melalui angket (kuantitatif) kepada siswa kelas eksperimen (UPT SDN 64 Gresik) dan kontrol (UPT SDN 71 Gresik), serta wawancara mendalam kepada guru dan orang tua (kualitatif).
Implikasi Praktis: Dari Hukuman Menjadi Manajer Disiplin
Implementasi Segitiga Restitusi mengubah peran guru dari sekadar penghukum menjadi manajer dan fasilitator. Guru membantu siswa mengembangkan perilaku positif dan menumbuhkan motivasi intrinsik. Bagi guru, pendekatan ini memberikan gambaran bagaimana menangani pelanggaran tanpa memberikan efek negatif. Bagi murid, ini menanamkan disiplin dalam jangka panjang dan tidak meninggalkan trauma. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat nyata bagi sekolah dalam memberikan gambaran implementasi pendekatan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dengan cara yang menyenangkan dan tanpa menimbulkan efek buruk bagi guru maupun murid.
Kontribusi Ilmiah pada Penguatan Karakter Bangsa
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi ilmiah tentang bagaimana implementasi disiplin positif di sekolah melalui pendekatan Segitiga Restitusi. Pendekatan ini merupakan upaya untuk menanamkan karakter disiplin, yang merupakan karakter penting untuk membentuk kepribadian siswa yang kuat dan mandiri. Dengan berhasilnya implementasi Segitiga Restitusi, sekolah turut berkontribusi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menghasilkan masyarakat yang berkualitas dan berkarakter.
Peneliti : Riris Ika Wulandari