Mengenalkan Coding pada Anak PAUD, Sahabat Baru untuk Belajar dan Bermain

fip.unesa.ac.id, SURABAYA––Tren pengenalan coding untuk anak usia dini mulai muncul di berbagai lembaga PAUD di Indonesia. Dengan semakin majunya perkembangan teknologi, kemampuan berpikir komputasional dianggap sebagai keterampilan penting yang perlu dipersiapkan sejak dini.

Metode coding yang diterapkan untuk anak usia dini tentu berbeda dengan format coding formal di jenjang pendidikan lebih tinggi. Beberapa lembaga menggunakan media unplugged, seperti kartu arah, balok urutan, atau permainan labirin sederhana. Sementara sebagian lainnya mulai mengenalkan platform digital ramah anak seperti ScratchJr, Lightbot, atau aplikasi edukasi berbasis game.

Tujuan dari praktik ini bukan untuk membuat anak menjadi programmer sejak kecil, melainkan untuk menstimulasi kemampuan berpikir logis, memecahkan masalah, dan belajar mengikuti pola. Guru PAUD yang menerapkan metode ini juga menekankan bahwa coding dilakukan melalui kegiatan bermain, bukan pembelajaran akademik yang berat.

Meski demikian, gagasan ini masih memunculkan perdebatan di kalangan pendidik. Sebagian pihak menilai bahwa masa anak usia dini harus difokuskan pada aspek perkembangan fundamental seperti motorik, bahasa, kreativitas, interaksi sosial, dan kesadaran emosional. Pengenalan digital learning dinilai perlu berada dalam porsi yang bijak agar tidak menggeser esensi pembelajaran berbasis bermain.

Salah satu mahasiswa PG-PAUD UNESA, mengungkapkan pandangannya terkait fenomena ini. Menurutnya, inovasi dalam pendidikan PAUD memang diperlukan, tetapi tetap harus selaras dengan karakteristik perkembangan anak.

“Coding untuk anak usia dini boleh saja diperkenalkan, selama tetap berbasis bermain dan tidak membebani anak. Yang penting bukan teknologinya dulu, tetapi bagaimana anak bisa berpikir kreatif, belajar mencoba, dan berani gagal. Kalau coding disajikan dengan kegiatan yang menyenangkan, justru bisa membantu anak menumbuhkan rasa ingin tahu,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa tantangan terbesar bukan hanya pada materi yang diberikan, tetapi pada kesiapan guru dalam menerapkan pembelajaran digital yang sesuai tahap perkembangan anak. Guru PAUD membutuhkan pelatihan agar tidak hanya sekadar memperkenalkan teknologi, tetapi mampu mengintegrasikannya dengan pendekatan bermain, eksplorasi, dan pembelajaran holistik.

Di tengah pro dan kontra, satu hal menjadi jelas: dunia pendidikan perlu terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, namun tanpa mengabaikan kebutuhan dasar dan fitrah tumbuh kembang anak usia dini.

Pada akhirnya, penyelarasan antara inovasi dan prinsip perkembangan anak menjadi kunci, sehingga teknologi dapat hadir sebagai alat pendukung, bukan pengganti masa bermain anak.

Dokumentasi: Pinterest