fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Pernah merasa bosan saat belajar lalu berhenti di tengah jalan? Atau ketika fokus belajar terganggu oleh berbagai pikiran di luar materi? Kondisi tersebut ternyata dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi belajar melalui penerapan Zeigarnik Effect.
Secara alami, otak manusia memiliki kecenderungan untuk terus memikirkan hal-hal yang belum selesai. Jika kemampuan ini dikelola dengan tepat, proses belajar dapat menjadi kegiatan yang lebih menarik, menumbuhkan rasa penasaran, dan membuat seseorang terdorong untuk melanjutkan aktivitas belajar.
Prinsip tersebut dikenal dengan istilah Zeigarnik Effect, yang ditemukan oleh psikolog Rusia, Bluma Zeigarnik, pada tahun 1920-an. Ia menemukan bahwa seseorang lebih mudah mengingat tugas yang belum tuntas dibandingkan tugas yang telah selesai. Temuan ini bermula ketika Zeigarnik mengamati pelayan di sebuah kafe yang mampu mengingat pesanan pelanggan sebelum disajikan, namun melupakannya setelah pesanan selesai diberikan.
Dalam konteks pendidikan, konsep ini dapat diterapkan dalam proses belajar. Ketika seseorang berhenti di tengah materi, otak tetap aktif memproses informasi yang belum selesai. Rasa ingin tahu yang muncul menjadi dorongan alami untuk melanjutkan kegiatan belajar pada kesempatan berikutnya. Dengan demikian, menyisakan sebagian kecil tugas yang belum tuntas dapat menumbuhkan motivasi belajar yang berkelanjutan.
Penerapan Zeigarnik Effect dalam kegiatan belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, membagi materi ke dalam beberapa bagian, kemudian berhenti sejenak untuk memunculkan keinginan melanjutkan, atau menyisakan beberapa soal agar otak tetap terstimulasi untuk menyelesaikannya di waktu lain. Selain itu, mencatat poin-poin yang belum dipahami juga dapat menjadi pengingat sekaligus pemicu motivasi untuk mencari jawabannya.
Belajar secara bertahap dan berkelanjutan dinilai lebih efektif dibandingkan sistem kebut semalam sebelum ujian. Melalui penerapan prinsip ini, kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan menyenangkan. Belajar tidak lagi terasa sebagai beban, tetapi sebagai proses menemukan ritme dan rasa ingin tahu yang terus tumbuh.
Penulis: Rinjani Risna (MP)
Editor: Nelly Najwa (PGSD)
Dokumentasi: Pinterest