Mahasiswa PGSD FIP UNESA Ciptakan Eco Vacuum dari Barang Bekas untuk Dukung Kebersihan Kelas dan SDGs

fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Kreativitas mahasiswa Universitas Negeri Surabaya kembali menghadirkan inovasi sederhana namun bermanfaat melalui proyek Eco Vacuum, alat penyedot debu mini berbahan daur ulang. Inovasi ini dikembangkan oleh Suberty Umila Nur Fajri bersama tiga anggota timnya, yaitu Hanaksa, Dyah Lativah, dan Sylva Maharani.

Ide pembuatan Eco Vacuum muncul dari fenomena sederhana yang sering ditemui di ruang kelas, yaitu banyaknya serpihan sampah kecil seperti debu, bekas rautan pensil, dan sisa penghapus yang sulit dibersihkan dengan sapu biasa. Melihat kondisi tersebut, tim berinisiatif menghadirkan solusi ramah lingkungan melalui teknologi berbasis daur ulang.

“Sering kami temui sampah kecil di kelas yang sulit dibersihkan. Kalau hanya disapu hasilnya kurang maksimal. Karena itu, kami membuat Eco-Vac agar serpihan kertas, debu, atau pecahan penghapus bisa dibersihkan dengan mudah,” ungkap Suberty.

Cara kerja Eco Vacuum juga sederhana. Pengguna hanya perlu menyalakan saklar, kemudian alat otomatis menyedot debu dan sampah kecil di sekitarnya layaknya vacuum cleaner mini.

Dalam proses pembuatannya, tim memanfaatkan barang bekas seperti botol plastik sebagai bodi alat, baling-baling kipas angin, dinamo, kabel, kain kasa, serta baterai. Peralatan tambahan seperti solder, gunting, obeng, dan solasi hitam mendukung proses perakitan. Selain berfungsi sebagai alat kebersihan, Eco Vacuum juga menjadi contoh pemanfaatan limbah plastik secara kreatif dan ramah lingkungan.

Respons siswa maupun guru pada saat demonstrasi pertama sangat positif. Siswa tampak antusias karena alat sederhana dari bahan sehari-hari tersebut dapat berfungsi seperti penyedot debu sungguhan. Sementara guru memberikan apresiasi karena Eco Vacuum dinilai inovatif, kreatif, dan relevan digunakan sebagai media pembelajaran STEAM yang menarik.

Selama proses perakitan, tantangan terbesar tim adalah penggunaan alat produksi seperti solder dan kabel listrik yang berpotensi berbahaya jika tidak diawasi. Karena proyek ini melibatkan siswa sekolah dasar, proses pembuatan dilakukan dengan pendampingan ketat untuk memastikan keamanan.

Inovasi ini selaras dengan pembelajaran berbasis STEAM, meliputi:

  • Science: perubahan energi listrik menjadi energi gerak,
  • Technology: penggunaan komponen sederhana seperti dinamo, saklar, dan baterai,
  • Engineering: perancangan dan perakitan alat dari bahan bekas,
  • Art: mendekorasi alat agar menarik bagi siswa,
  • Mathematics: melakukan pengukuran sederhana, seperti panjang kabel, diameter kasa, dan ukuran kardus.

Selain itu, Eco Vacuum turut mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada poin Pendidikan Berkualitas dan Penanganan Perubahan Iklim melalui edukasi pemanfaatan barang bekas dan kesadaran menjaga kebersihan.

Meski saat ini belum ada rencana pengembangan lebih lanjut, tim berharap alat ini dapat terus dimanfaatkan untuk mendukung kebersihan kelas sekaligus menumbuhkan kepedulian lingkungan sejak dini.

“Siswa jadi lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan memanfaatkan barang bekas agar tidak menjadi sampah yang mencemari lingkungan,” jelas Suberty.

Sebagai penutup, Suberty memberikan pesan bagi mahasiswa lainnya.

“Inovasi tidak harus besar. Ide sederhana pun bisa memberi dampak positif jika dilakukan dengan kepedulian dan konsistensi. Melalui langkah kecil, kita sudah ikut mendukung SDGs dan kelestarian lingkungan.”

Penulis: Nelly Najwa (PGSD)

Dokumentasi: Tim STEAM Suberty