fip.unesa.ac.id, SURABAYA — Dawamur Rozaq, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (UNESA), berhasil terpilih sebagai salah satu delegasi yang mewakili UNESA dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan XIII Tahun 2025. Kegiatan nasional ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) dengan Universitas Hasanuddin (UNHAS) sebagai tuan rumah pelaksana di Provinsi Sulawesi Selatan.
Rozaq, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa ketertarikannya terhadap program KKN Kebangsaan bermula secara tidak sengaja. Ia pertama kali mengetahui kegiatan ini melalui unggahan di akun Instagram @ditjen_dikti yang memuat informasi seputar pelaksanaan KKN Kebangsaan. “Awalnya saya belum tahu apa itu KKN Kebangsaan. Setelah mencari tahu, ternyata program ini merupakan kegiatan nasional yang diikuti oleh perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Waktu pelaksanaannya juga bertepatan dengan masa liburan, jadi saya pikir ini kesempatan yang baik untuk menambah pengalaman dan relasi baru,” ujarnya.
Proses seleksi peserta dilakukan secara berjenjang, mulai dari seleksi internal kampus hingga pengesahan oleh pihak Universitas Hasanuddin selaku penyelenggara. Di UNESA, proses seleksi difasilitasi oleh Direktorat Pendidikan dan Transformasi Pembelajaran melalui Subdirektorat Mobilitas Akademik. Para calon delegasi diwajibkan mengumpulkan berkas administrasi berupa curriculum vitae, motivation letter, serta sertifikat prestasi dan pengalaman organisasi. Setelah lolos seleksi berkas, peserta mengikuti tahap wawancara hingga akhirnya ditetapkan dua mahasiswa terpilih untuk mewakili UNESA. “Awalnya saya cukup khawatir tidak lolos, tetapi Alhamdulillah UNHAS menerima dua delegasi dari UNESA,” terang Rozaq.
Selama pelaksanaan KKN, Rozaq ditempatkan di Pulau Kapoposang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkep. Menurut Rozaq, pulau ini merupakan salah satu lokasi terjauh sekaligus terindah di antara lebih dari 20 posko KKN yang tersebar di dua kabupaten, yakni Maros dan Pangkep. “Perjalanan menuju Pulau Kapoposang memakan waktu sekitar 7–8 jam menggunakan kapal TNI dari Makassar. Masyarakat di sana sangat ramah dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Namun, mereka menghadapi tantangan serius dalam akses pendidikan dan kesehatan karena hanya terdapat satu SD dan satu puskesmas di pulau tersebut,” jelasnya.
Sebagai mahasiswa PGSD, Rozaq melaksanakan program kerja individu dengan fokus pada pembiasaan menyanyikan lagu wajib nasional di SDN 12 Kapoposang. Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air sejak dini. Ia juga mengedukasi peserta didik mengenai pentingnya menjaga ekosistem laut di sekitar tempat tinggal mereka.
Sementara itu, dalam program kerja kelompok, Rozaq dan rekan-rekannya menginisiasi pelatihan kewirausahaan berbasis daur ulang serta pengembangan paket wisata Pulau Kapoposang. Melalui pelatihan tersebut, masyarakat diajak memanfaatkan potensi lokal seperti cangkang kerang, terumbu karang mati, dan batok kelapa menjadi produk kerajinan bernilai ekonomis. Selain itu, kelompok KKN juga merancang paket wisata terpadu yang melibatkan resort dan usaha masyarakat lokal agar dapat meningkatkan perekonomian warga.

Meski kegiatan berlangsung dengan lancar, Rozaq mengaku menghadapi sejumlah tantangan di lapangan, terutama terkait keterbatasan fasilitas listrik dan jaringan komunikasi. “Listrik hanya menyala sekitar empat jam per hari, mulai pukul 18.00 hingga 22.00, itupun bergantung pada kondisi cuaca karena memanfaatkan energi surya. Jaringan internet juga sulit diakses dan hanya tersedia di area dermaga menggunakan kartu Telkom. Namun, kondisi tersebut justru menjadi pelajaran berharga karena kami lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan warga dan sesama peserta,” tuturnya.
KKN Kebangsaan XIII diikuti oleh 182 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia, yang sebagian besar merupakan aktivis organisasi kampus seperti BEM, Himpunan Mahasiswa, UKM, maupun DPM. Hal tersebut menjadikan kegiatan ini sarana kolaborasi dan pertukaran ide antarmahasiswa berprestasi dari berbagai latar belakang. “Kerja sama berjalan sangat baik karena mayoritas peserta memiliki pengalaman organisasi dan kemampuan kepemimpinan yang kuat,” tambah Rozaq.
Di akhir wawancara, Rozaq menyampaikan pesan agar tidak ragu untuk mengambil kesempatan berharga di luar kampus.
“Jangan takut mencoba hal-hal baru seperti KKN Kebangsaan. Program ini membuka banyak pengalaman, pembelajaran, dan relasi penting. Apalagi seluruh biaya ditanggung oleh pihak kampus dan pemerintah melalui universitas penyelenggara. Selagi masih menjadi mahasiswa, manfaatkan kesempatan ini untuk menjelajah, belajar, dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan,” pesannya.
Penulis: Ria Risky Syah P A F (PGSD)
Dokumentasi: Dawamur Rozaq