Kukuhkan Dua Guru Besar, FIP UNESA Mantapkan Langkah dalam Pengembangan Kurikulum dan Pendidikan Inklusif

fip.unesa.ac.id SURABAYA-Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menggelar Rapat Terbuka Senat Akademik pada Selasa, 29 Oktober 2024, kukuhkan sembilan Guru Besar dari lima fakultas berbeda, dua diantaranya dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Acara yang dilangsungkan di Gedung T5 Sawunggaling ini dihadiri oleh Pimpinan Universitas, Senat, Dewan Guru Besar, serta para tamu undangan. Untuk memberi akses lebih luas, acara ini juga ditayangkan secara live streaming melalui YouTube Official UNESA.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., selaku rektor perguruan tinggi nomor satu di Indonesia dalam Liga Indikator Kinerja Utama (IKU), “Atas nama lembaga, kami mengucapkan selamat dan sukses atas dikukuhkannya sembilan Guru Besar dari lima fakultas hari ini,” ucapnya. Ia berharap agar para guru besar dapat menjadi motor penggerak riset unggulan dan teladan dalam keilmuan.

Sembilan guru besar yang dikukuhkan :

Prof. Dr. Endang Pudjiastuti Sartinah, M.Pd. (FIP), Prof. Dr. Abadi, M.Sc.(FMIPA), Prof. Dr. Hj. Raden Roro Nonik Setyowati, M.Si.(FISIPOL), Prof. Dr. Setiyo Hartono, M.Kes. (FIKK), Prof. Dr. Ir. Achmad Imam Agung,  M.Pd. (FT), Prof. Dr. Himawan Wismanadi, M.Pd. (FIKK), Prof. Dr. Bachtiar Sjaiful Bachri, M.Pd. (FIP), Prof. Dr. Lilik Anifah, S.T, M.T. (FT), dan Prof. Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd, M.Kes. (FIKK).

Prof. Dr. Bachtiar Sjaiful Bachri, M.Pd., guru besar dari FIP menyampaikan pidato pengukuhan dengan tema “Pengembangan Kurikulum di Era Post-Modern.” Beliau menekankan pentingnya menyiapkan kurikulum yang relevan dengan tantangan peradaban post-modern yang kompleks, mengingat perubahan kebudayaan dan evolusi masyarakat terus berkembang.

Lebih lanjut, Prof. Bachtiar menjelaskan tantangan pendidikan untuk menyiapkan generasi yang mampu menghadapi kompleksitas kehidupan yang semakin tinggi. “Salah satu tantangan terbesar dalam kehidupan adalah memahami manusia yang semakin kompleks, dan hal ini harus dicerminkan dalam kurikulum yang kita rancang. Pendidikan harus mampu mempermudah, mempernyaman, dan memperkuat kehidupan manusia,” ungkapnya.

Selain itu, Prof. Dr. Endang Pudjiastuti Sartinah, M.Pd., Guru Besar FIP lainnya, menyampaikan pandangannya mengenai peran strategis bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan holistik. Ia memiliki prinsip hidup yang sangat berarti, “Hidup harus bermanfaat bagi orang lain,” Ia berharap gelar Guru Besar ini dapat menjadi jembatan untuk mencapai cita-citanya membangun sebuah lembaga yang berfokus pada layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia.

Penulis: Suhaibah Al (PGSD), Nadea Diva (BK), Chantika Toti (PGSD)