fip.unesa.ac.id, 9 Nopember 2024 – Program S2 Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan S2 Bimbingan Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa memperluas jangkauan akademiknya melalui kunjungan kerja sama dan kegiatan internship internasional di Malaysia. Di bawah koordinasi Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd. (KoorProdi S2 PLB) dan Dr. Elisabeth Christiana, M.Pd. (KoorProdi S2 BK), kegiatan ini bertujuan mengintegrasikan pendekatan pendidikan inklusif lintas negara. Kegiatan yang dilaksanakan 4-9 November 2024 ini melibatkan kunjungan ke berbagai institusi pendidikan terkemuka seperti Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Universitas Malaya (UM), dan The Southeast Asian Minister of Education Organization Regional Centre for Special Educational Needs (SEAMEO SEN). Kunjungan ini diikuti oleh Dr. Asieline Wahyu Triardyanti, MM dan Khofidotur Rofiah, serta 11 mahasiswa S2 PLB, termasuk mahasiswa dengan hambatan pendengaran yang antusias mendalami implementasi pendidikan inklusi di Malaysia.
Pada kunjungan pertama ke Sekolah Tadika Tunas UKM, peserta diajak memahami penerapan augmentative and alternative communication (AAC) bagi siswa autistik, yang menjadi salah satu metode unggulan dalam mendukung komunikasi efektif bagi siswa berkebutuhan khusus. Kepala sekolah, Puan Salmiah Bujang, menyampaikan bahwa AAC dapat memberikan jembatan komunikasi bagi siswa autistik, terutama bagi anak-anak usia dini yang dilayani di sekolah ini.
Gambar 1: Kunjungan observasional dosen dan mahasiswa S2 PLB dan S2 BK FIP Unesa ke Sekolah Tadika Tunas UKM.
Peningkatan Kolaborasi dengan Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM)
Di UKM, Prof. Madya Dr. Hasnah Toran memaparkan berbagai inisiatif kolaborasi yang dapat dikembangkan bersama Unesa, seperti penelitian bersama, pertukaran mahasiswa, serta pelatihan dosen. Agung, mahasiswa S2 PLB yang juga kepala sekolah di Surabaya, merasa terinspirasi oleh profesionalisme dalam sistem pendidikan khusus di Malaysia, menyebutkan bahwa pengalaman ini memberikan perspektif baru yang akan ia aplikasikan di Indonesia.
Mahasiswa juga berkesempatan mengikuti perkuliahan di UKM terkait metode pembelajaran peserta didik autism termasuk Teknik-teknik praktis mengajar peserta didik autism dalam setting Pendidikan inklusif maupun Pendidikan individual positive behavioral.
Gambar 2: Benchmarking dosen dan mahasiswa S2 PLB dan S2 BK FIP Unesa ke Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dipimpin oleh oleh Prof Madya Dr Hasnah Toran, Kepala Pusat Kajian Pendidikan & Kesejahteraan Komuniti UKM.
Diskusi Bersama SEAMEO SEN dan Tanda Tangan rencana implementasi kerjasama
Pada hari kedua di SEAMEO SEN, pusat yang didirikan untuk meningkatkan pendidikan inklusi disabilitas di Asia Tenggara, diskusi mengarah pada peluang kerja sama lebih lanjut. Direktur SEAMEO SEN, Puan Jamilah, dan perwakilan Unesa menandatangani rencana program kolaborasi sebagai langkah awal untuk memperkuat sinergi antara kedua pihak dalam memperluas cakupan pendidikan inklusi di wilayah ASEAN.
Gambar 3: Direktur SEAMEOSEN dengan Koordinator Prodi S2 Pendidikan Luar Biasa dan Koordinator Prodi S2 Bimbingan Konseling FIP Unesa.
Workshop di Universitas Malaya: Pendekatan Sosial terhadap Disabilitas dan Advokasi
Kunjungan dilanjutkan ke Universitas Malaya (UM) pada 8 November, yang menyelenggarakan workshop khusus tentang _Social Models of Disability and Advocacy_ bagi mahasiswa Unesa. Dr. Ahmad Shamsuri Muhamad, Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Konseling, serta Prof. Dr. Loh Sau Cheong, menyambut rombongan dengan hangat dan memandu workshop. Nadia, mahasiswa S2 PLB dengan hambatan pendengaran, menyampaikan kegembiraannya atas kesempatan ini, menyebutkan bahwa pengalaman langsung tersebut memberinya wawasan baru mengenai pendidikan inklusi.
Gambar 4: Training Pendidikan inklusi, equality, dan disability di Universitas Melaya, Malaysia dengan dipandu oleh Dr. Ahmad Shamsuri Muhamad, Head of Department of Educational Psychology and Conselling Universitas Malaya dan Prof. Dr. Loh Sau Cheong, Guru besar psikologi Pendidikan dan konseling
Dr. Asieline menjelaskan pendidikan inklusi seyogyanya dapat menjangkau semua peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, termasuk anak-anak di area perbatasan atau dengan latar belakang criminal, untuk itu penting berkolaborasi melalui program bimbingan konseling. Lebih lanjut, Dr. Elisabeth berharap kolaborasi ini akan berlanjut ke dalam riset bersama, pertukaran dosen dan mahasiswa, serta konferensi di masa mendatang.
Dr. Asri Wijiastuti sebagai inisiator program ini berharap bahwa kunjungan ini bukan hanya memperkaya wawasan akademik mahasiswa dan dosen tetapi juga mendorong lebih banyak peluang bagi kolaborasi lintas negara dalam pendidikan khusus, pendidikan inklusi dan bimbingan konseling. “Alhamdulillah, semoga ini menjadi pengalaman yang tak mudah terlupa oleh mahasiswa”. Kata beliau dengan tulus.
Reported by Rofiah