fip.unesa.ac.id, SURABAYA- Program studi Teknologi Pendidikan (TP) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) memiliki salah satu mata kuliah unik, yakni mata kuliah Realia. Mata kuliah wajib ini berfokus pada pengembangan media pembelajaran berupa model realia yang digunakan dalam kegiatan belajar di kelas. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa diasah kreativitasnya dengan berbasis analisis kebutuhan, sebagai upaya mendukung proses belajar siswa melalui berbagai model properti realia.
Di tengah arus digitalisasi pendidikan, mata kuliah pengembangan model realia tetap relevan dan memiliki peran penting, khususnya bagi siswa pendidikan dasar dan anak usia dini. Hal ini disampaikan oleh Koorprodi TP FIP UNESA, Dr. Utari Dewi, S.Sn., M.Pd., dalam wawancara mengenai mata kuliah tersebut. Meskipun teknologi digital mendominasi pengembangan media pembelajaran, model realia menawarkan pengalaman belajar yang berbeda, yaitu melalui sentuhan langsung dan pengembangan motorik siswa.
Dalam wawancara tersebut, ia menjelaskan bahwa mata kuliah pengembangan model realia berfokus pada media pembelajaran non-digital yang bersifat realistis dan dapat disentuh. Hal ini menjadi pembeda dengan mata kuliah pengembangan media lainnya yang cenderung berbasis digital, seperti penggunaan perangkat lunak dan aplikasi. “Dalam pembuatannya, model realia menggunakan teknik manual dan memiliki karakteristik berupa dimensi panjang, lebar, dan tinggi serta bentuk yang nyata,” ungkapnya. “Artinya, model ini sangat cocok untuk mengenalkan keterampilan motorik kepada siswa pendidikan dasar atau PAUD,” lanjutnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa model realia dapat berupa replika atau tiruan dari objek nyata yang digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya, mahasiswa kedokteran yang mempelajari anatomi jantung dapat menggunakan model jantung konkret yang menyerupai bentuk aslinya, bukan hanya mengandalkan video atau animasi. Meskipun dunia semakin terdigitalisasi, mata kuliah ini tetap relevan karena memberikan stimulasi pembelajaran yang berbeda. “Sepanjang zaman, manusia akan selalu membutuhkan model dan realia dalam proses belajarnya,” pungkasnya.
Penulis: Dyah Ayu Hardiyanti (TP), Khesya Dyanza (TP), Lina Nur Laili (PLB)