fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Ada sebuah suasana khas yang hanya bisa ditemukan di perpustakaan. Aroma kertas, keheningan, dan deretan rak buku yang menjulang seakan menjadi saksi bisu lahirnya ribuan gagasan. Selama bertahun-tahun, perpustakaan menjadi pusat utama intelektual kampus.
Perpustakaan adalah ruang untuk berpikir, tempat mahasiswa bisa tenggelam dalam bacaan, mengurai benang merah gagasan yang rumit, dan membangun argumen. Budaya literasi yang terbangun di perpustakaan adalah budaya kesabaran dan ketekunan.
Kini, lanskap itu diperkaya oleh kehadiran dunia digital yang menawarkan akses informasi tak terbatas. Hanya dengan ketukan jari, jutaan jurnal, buku elektronik, dan hasil penelitian dari seluruh penjuru dunia akan terpampang. Kemudahan ini menjadikan budaya belajar yang dinamis, cepat, dan kolaboratif.
Mahasiswa tidak lagi hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi juga seorang pengumpul informasi bagi dirinya sendiri. Tantangan terbesarnya bergeser pada kecakapan untuk memilah sumber yang kredibel di tengah kumpulan data yang luas.
Kedua dunia ini tidak saling meniadakan, justru saling melengkapi. Perpustakaan tetap menjadi benteng pertahanan untuk belajar, sebuah ruang untuk mengasah ide-ide tanpa gangguan notifikasi gawai. Keheningannya membantu menajamkan fokus dan kejernihan berpikir.
Sementara itu, dunia digital menawarkan kecepatan dan jangkauan yang mustahil didapatkan dari sumber fisik saja. Ia menjadi alat bantu luar biasa untuk mengumpulkan data dari berbagai riset dan perkembangan data terkini di berbagai penjuru dunia.
Pada akhirnya, tujuan literasi tidak pernah berubah, terus membentuk individu akademis yang kritis dan berwawasan luas. Baik lorong sunyi perpustakaan maupun jaringan digital adalah tempat untuk melatih intelektualitas dan karakter.
Mahasiswa yang berhasil adalah mereka yang tidak memilih salah satu, tetapi mampu mengimbangi keduanya. Mahasiswa harus bisa menghargai heningnya perpustakaan dan mendalami kemudahan akses digital untuk eksplorasi.
Penulis: Dede Rahayu Adiningtyas (PGSD)
Editor: Nelly Najwa (PGSD)
Dokumentasi: Deepublish