Cara Atasi Brainrot System Ala Zahid Ibrahim, dari Declutter Pikiran hingga Bangun Konsistensi!

fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat kita menjadi terlalu bergantung pada media sosial, apalagi pada aplikasi yang menampilkan cuplikan video pendek yang pasti sering kita jumpai setiap harinya. Hal tersebut jika sering dilakukan akan berdampak buruk untuk kesehatan otak, terjadinya penurunan kualitas mental dan intelektual, atau bahkan terjadinya Brainrot System

Sosok inspiratif berikut adalah Zahid Ibrahim, peraih beasiswa di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU) sekaligus konten kreator muda yang aktif membahas isu pendidikan dan pengembangan diri melalui kanal Youtube-nya. Dalam salah satu videonya, Zahid membagikan pandangannya tentang cara mengatasi Brainrot System agar setiap individu dapat kembali fokus dan produktif di era digital. 

Sebelum membahas solusinya, Zahid menjelaskan beberapa tanda bahwa seseorang membutuhkan “Anti-Brainrot System”, diantaranya:

  1. Merasa otak selalu penuh, seolah memikirkan banyak hal sekaligus.
  2. Mendapat insight atau ide menarik, namun hilang karena tidak dicatat.
  3. Sering lupa terhadap hal-hal penting akibat tidak memiliki sistem penyimpanan yang jelas.

Jika kamu merasa mengalami satu atau lebih dari tanda-tanda tersebut, berarti sudah saatnya melakukan reset terhadap sistem berpikir. Ia pun membagikan beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan untuk mengatasinya, yaitu:

  1. Mengatur kembali struktur dan prioritas. Caranya dengan melakukan declutter pikiran, yakni dengan menuliskan semua hal yang ada di kepala, lalu menyusunnya berdasarkan skala prioritas.
  2. Membangunsistem penyimpanan yang efektif. Catat ide yang muncul seketika tanpa menundanya, serta pisahkan antara urusan pekerjaan dan hal pribadi agar tidak tumpang tindih.
  3. Fokus dan konsisten pada satu hal yang penting. Beri waktu untuk tiap kegiatan dan hindari kebiasaan multitasking yang tidak perlu.

Di akhir videonya, Zahid membagikan kutipan dari James Clear pada bukunya yang berjudul Atomic Habit, yaitu “Pengubah terbaik untuk perilaku adalah identitas.” Melalui pesan tersebut, Ia mengingatkan kita agar proses perubahan dilakukan secara bertahap dan tidak terburu-buru.

“Capek boleh, sibuk boleh. Tapi jangan biarkan diri kita berjalan tanpa tau arahnya kemana.” tutupnya.

Penulis: Yesi Seha (TP)

Editor: Nelly (PGSD)

Dokumentasi: Okezone