fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Saur Marlina Manurung, yang akrab disapa Butet Manurung, merupakan perintis pendidikan alternatif bagi masyarakat adat di Indonesia. Lahir pada 21 Februari 1972, ia dikenal sebagai aktivis dan antropolog yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mendidik komunitas terpencil, khususnya Orang Rimba di kawasan Bukit Duabelas, Jambi, Sumatra.
Dalam perjalanannya menempuh pendidikan, Butet menjalin kedekatan dengan berbagai komunitas adat di Nusantara. Berbekal latar akademis yang kuat, ia memilih jalan hidup yang tidak biasa: tinggal di tengah hutan dan menjadi guru bagi masyarakat adat. Tekad dan kepeduliannya menjadi dasar dalam membangun sistem pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai lokal.
Karier pendidikannya dimulai saat bergabung dengan proyek konservasi LSM Warsi pada 1999. Dari pengalaman itu, lahirlah gagasan untuk mendirikan Sokola Rimba pada 2003, sebuah institusi pendidikan yang menyusun kurikulum berbasis kehidupan masyarakat adat.
Inovasi dan dedikasi Butet di dunia pendidikan telah mendapatkan pengakuan, baik nasional maupun internasional. Salah satu pencapaian tertingginya adalah Ramon Magsaysay Award—dijuluki “Nobel Asia”—yang ia raih pada 2014 atas jasanya dalam memberdayakan komunitas marginal melalui pendidikan.
Perjuangan Butet bukan tanpa rintangan. Ia sempat mendapat penolakan saat pertama kali membawa literasi ke Orang Rimba. Namun, melalui pendekatan yang menghormati kearifan lokal dan upaya membuktikan pentingnya pendidikan, termasuk memperjuangkan hak wilayah melalui bukti tidak adanya kontrak tertulis, ia akhirnya mendapat kepercayaan dan dukungan dari komunitas.
Pengalamannya terdokumentasi dalam buku berjudul The Jungle School (2012), yang kemudian diadaptasi menjadi film layar lebar berjudul Sokola Rimba (2013) karya sutradara Riri Riza. Film ini pun meraih berbagai penghargaan internasional.
Kisah Butet Manurung adalah inspirasi bagi mahasiswa dan generasi muda. Ia membuktikan bahwa perubahan sosial dapat dimulai dari langkah sederhana yang dilandasi keberanian, empati, dan keyakinan pada nilai-nilai kemanusiaan. Semangat belajar, kolaborasi, dan kegigihannya menghadapi tantangan menjadi teladan untuk terus berkontribusi bagi masyarakat, sekecil apapun dampaknya.
Penulis : Lina Nur Laili (PLB), Dyah Ayu (TP), Khesya Dyanza (TP)
Dokumentasi: retnodevil.wordpress.com
Editor: Nelly Najwa (PGSD)