BK untuk Generasi Emas: FIP UNESA dan DIKTISAINTEK Gelar Webinar Nasional

fip.unesa.ac.id, SURABAYA – Dalam rangka memperingati Bulan Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melalui Program Studi Bimbingan dan Konseling jenjang S1, S2, dan S3 Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Berdampak (Diktisaintek Berdampak) menyelenggarakan webinar bertajuk Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mendukung Asta Cita: Mempersiapkan Generasi Tangguh dan Adaptif untuk Indonesia Emas 2045 pada Jumat, 23 Mei 2025. 

Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom ini menghadirkan Dr. Kiswanto, S.Pd., M.Pd., Pelaksana Tugas Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Sidoarjo dan Dekan FIP UNESA, Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., sebagai keynote speaker. Webinar ini dihadiri oleh dosen, mahasiswa dari berbagai jenjang, serta para guru Bimbingan dan Konseling dari berbagai daerah. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat peran strategis layanan Bimbingan dan Konseling (BK) dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, yang menjadi bagian dari cita-cita besar nasional, Asta Cita

Dekan FIP UNESA, Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., menegaskan bahwa generasi tangguh dan adaptif adalah mereka yang memiliki daya tahan fisik, mental, emosional, dan moral. Dalam hal ini, layanan Bimbingan dan Konseling berperan strategis membentuk generasi muda yang mampu menghadapi tekanan sosial, konflik, perubahan iklim, digitalisasi, hingga krisis identitas. BK hadir melalui penguatan nilai-nilai Pancasila, etika digital, empati sosial, dan pemanfaatan teknologi seperti e-counseling. Selain itu, BK juga tanggap terhadap isu-isu aktual dan menjadi jembatan antara pendidikan formal dan kehidupan sosial siswa menuju Indonesia Emas 2045.

Senada dengan hal tersebut,  Dr. Kiswanto, S.Pd., M.Pd., itu menekankan pentingnya guru BK untuk membimbing siswa agar mampu membimbing dirinya sendiri, khususnya dalam menghadapi tantangan era digital dan generasi jaman sekarang. 

“Kita tidak bisa memisahkan peserta didik dari dari teknologi! karena bagaimanapun juga merekalah yang nantinya akan menjadi generasi emas 2045,” tuturnya. 

Ia juga menambahkan bahwa disinilah peran pendidik sangat dibutuhkan, yaitu untuk memotivasi dan membimbing peserta didik agar dapat memanfaatkan teknologi secara bijak. Selain itu, guru BK juga perlu mendorong kesadaran akan potensi diri sebagai anugerah Ilahi, serta mengembangkan tiga aspek utama (3H), yaitu Heart (nilai dan empati), Head (pengetahuan), dan Hand (aksi nyata dalam kehidupan).

Penulis: Nadea Divana (BK)