Best Practice Dosen UNESA Bekali Calon Guru dengan Pembelajaran Bermakna

fip.unesa.ac.id, SURABAYA – Di balik sosoknya yang hangat, ceria, dan penuh semangat, Maryam Isnaini Damayanti, S.Pd., M.Pd., Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya (PGSD FIP UNESA) menyimpan segudang cerita inspiratif dari hobi dan best practices yang ia lakukan. Meski telah memasuki setengah abad usia, semangatnya selalu membara dalam dunia kepenulisan. Sejak duduk di bangku kuliah, ia aktif menulis berbagai genre buku. Berangkat dari pengalaman dan cerita kehidupan sehari-hari, hingga saat ini ia telah memiliki 75 judul buku antologi cerpen dan puisi. Selain antologi, adapun genre lain yang ia publikasikan melalui blog gurusiana, diantaranya puisi, opini, cerpen, dan reportase.

Baginya, menulis adalah sarana untuk berdakwah. “Seperti yang tertulis pada hadis Riwayat Bukhari ‘ballighu ‘anni walau ayat’ yang artinya sampaikanlah dariku walau satu ayat. “Ibu berharap agar para pembaca termotivasi dan mendapatkan insight positif untuk memperbaiki diri demi kehidupan kedepan yang lebih baik,” terangnya.

Umi Maryam – sapaan akrabnya, berpesan kepada calon guru agar dapat mengimplementasikan 6 formula ajaib yang terkandung di dalam tulisannya, yaitu Cawan cinta, cermin, keep smile, say i love you, positive talk, dan gesture. “Cawan cinta adalah guru yang penuh cinta kasih dan kesabaran dalam membimbing proses belajar siswanya, cermin berarti kita harus mencontohkan sifat-sifat baik agar siswa melakukannya juga kepada kita, keep smile artinya harus selalu tersenyum dengan tulus untuk memberikan kebahagiaan pada diri siswa, say i love you dan positive talk sebagai sarana memberikan apresiasi kepada siswa dengan kata-kata motivasi, dan gesture untuk bersikap ekspresif sehingga siswa tidak stres atau tegang,” jelasnya.

Dosen kelahiran kota pahlawan itu, juga dikenal dengan gaya mengajarnya yang unik dan membekas. Beberapa best practice pembelajaran ia berikan kepada mahasiswanya agar menjadi inspirasi dan dapat diterapkan ketika mereka telah menjadi guru kelak. Beberapa best practice itu adalah

  1. Ice Breaking

Ia membagikan beberapa ice breaking yang menarik dan variatif kepada mahasiswanya agar kelak mereka dapat menerapkannya ke peserta didiknya. Baginya, ice breaking dapat diterapkan di semua jenjang, kuncinya adalah kecepatan dan variatif. Selain itu, ia menekankan bahwa sebagai seorang pendidik dituntut untuk ekspresif, karena ekspresif dapat membuat peserta didik menjadi tertarik dan bersemangat.

“Penting sebagai calon guru, untuk mengkondisikan kelas dengan ice breaking. Selain agar mereka dapat lebih siap menerima materi, hal itu juga dapat menjadi stimulus untuk memperlancar peredaran darah melalui bertepuk tangan,” jelasnya.

  1. Sumbang Quotes

Setiap awal pertemuan mata kuliah, ia selalu memberikan Quotes kepada mahasiswanya sebagai motivasi untuk mahasiswanya. Pada pertemuan selanjutnya, ia meminta perwakilan mahasiswanya untuk memberikan quotes agar dapat dijadikan inspirasi oleh mahasiswa lainya. Setelah itu, ia juga meminta perwakilan mahasiswa lainya untuk meliterasi atau memaknai quotes yang telah disampaikan oleh temanya sesuai pendapat dan pengalaman mereka. Hal itu juga ia jadikan nilai partisipatif agar mendorong mereka untuk aktif dan semangat mengikuti pembelajaran.

“Dari aktivitas memaknai quotes yang dilakukan oleh mahasiswa, kita semua tahu bahwa dari stimulus yang sama interpretasi itu dapat berbeda-beda sesuai dari pengalaman masing-masing mahasiswa. Dari hal itu, bisa terlihat mana anak-anak yang pengalaman hidupnya banyak dan keterampilan bahasanya yang bagus,” tuturnya.

  1. Jurnal Syukur

Selain mengajarkan mahasiswanya untuk menjadi guru yang berkompeten, ia juga mengajarkan mahasiswanya untuk mensyukuri nikmat yang tuhan berikan. Setiap harinya, mahasiswa diminta menuliskan dua jenis karunia: karunia yang biasa mereka terima, dan karunia yang jarang orang lain terima.

“tujuanya bukan sekedar menulis, tetapi juga untuk mengawal karakter sekaligus melatih kemampuan berbahasa dan menyimak”. Melalui jurnal syukur, dapat menjadi refleksi mahasiswa sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih bermakna, karena setiap mahasiswa diberi ruang untuk menghargai hidup dan belajar satu sama lain. 

Harapannya, best practice tersebut dapat menjadi contoh nyata dalam mewujudkan slogan UNESA ‘Growing with Character’ sekaligus menjadi bekal bagi mahasiswanya untuk terjun menjadi guru yang berkompeten. Di akhir ia berpesan kepada seluruh calon pendidik “Guru SD harus pandai bernyanyi dengan nada yang baik dan benar, karena jadi guru itu harus menghibur dan jangan pelit pujian,” pungkasnya.

Penulis : Chantika Toti Yuliandani (PGSD), Nadea Diva Nurfin Afrilia (BK)

Editor: Ria Risky Syah Putri Ayu Fadilla (PGSD)