fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Film The Thursday Murder Club tidak hanya menghadirkan misteri yang menghibur, tetapi juga menyimpan pesan penting tentang pendidikan sepanjang hayat. Cerita empat pensiunan yang bersatu untuk memecahkan kasus pembunuhan menjadi refleksi nyata bahwa proses belajar tidak berhenti pada usia tertentu, melainkan terus berlangsung sepanjang hidup.
Dalam film ini, Elizabeth, Ron, Ibrahim, dan Joyce membentuk klub mingguan untuk mendiskusikan kasus-kasus lama. Ketika sebuah kasus pembunuhan nyata muncul, mereka menerapkan logika, analisis, dan kolaborasi yang mereka pelajari selama hidupnya, termasuk pengalaman profesional masing-masing. Perspektif pendidikan sepanjang hayat muncul jelas: belajar bukan hanya tentang sekolah formal, tetapi juga pengalaman hidup, observasi, dan refleksi.
Menurut Khesya Dyanza, mahasiswa Teknologi Pendidikan, “Film ini mengingatkan kita bahwa belajar tidak terbatas pada usia muda. Para pensiunan menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan bisa terus diasah, bahkan untuk memecahkan masalah nyata di masyarakat. Ini adalah inti pendidikan sepanjang hayat.”
Dari sisi nilai pendidikan, film ini menekankan beberapa prinsip penting: berpikir kritis, kerja sama, empati, dan rasa ingin tahu. Keempat karakter utama menggunakan metode ilmiah dalam menganalisis bukti, berdiskusi secara sistematis, dan mengevaluasi berbagai kemungkinan. Proses ini sejajar dengan kompetensi abad 21 yang sering diajarkan di sekolah: kemampuan memecahkan masalah, komunikasi, dan kolaborasi.
Selain itu, The Thursday Murder Club menyentuh pendidikan informal yang sering dilupakan: pembelajaran sosial. Interaksi antar karakter dan dengan lingkungan sekitarnya menunjukkan bahwa pendidikan juga terjadi melalui pengalaman sosial, pengambilan keputusan, dan adaptasi terhadap perubahan situasi. Penonton diingatkan bahwa setiap pengalaman hidup dapat menjadi media pembelajaran, tidak peduli usia atau status sosial.
Film ini juga menjadi pengingat bahwa usia senja bukan alasan untuk berhenti berkontribusi. Sebaliknya, pengalaman dan pengetahuan yang telah dikumpulkan dapat menjadi modal berharga untuk mengajar, membimbing, atau sekadar menyalurkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Pendekatan ini relevan bagi mahasiswa dan pendidik, bahwa belajar tidak berhenti setelah lulus, dan pendidikan seharusnya menjadi proses seumur hidup.
Kesimpulannya, The Thursday Murder Club lebih dari sekadar film detektif. Ia adalah studi kasus tentang bagaimana pendidikan sepanjang hayat diterapkan dalam kehidupan nyata: belajar dari pengalaman, tetap penasaran, bekerja sama, dan terus mencari ilmu hingga akhir hayat. Bagi dunia pendidikan, pesan ini penting untuk diterapkan, agar setiap individu memahami bahwa proses belajar bukan hanya di kelas, tetapi di setiap langkah kehidupan.
Dokumentasi: Pinterest