fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Pendidikan bukan hanya tentang rumus matematika atau teori sains. Di SDN Simokerto 1 Surabaya, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam program PSM 7 menghadirkan pembelajaran bermakna lewat kegiatan yang menumbuhkan nilai religius: TARKIDS (Tartil for Kids), sebuah lomba membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan irama yang benar.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara 11 mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), yang terdiri atas 10 mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya dan 1 mahasiswa dari Universitas Trunojoyo Madura, bersama guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. Di bawah kepemimpinan Rozaq sebagai ketua kelompok, para mahasiswa berupaya menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mengasah kemampuan kognitif, tetapi juga memperkuat nilai spiritual peserta didik.
Berawal dari momentum bulan Ramadan, para mahasiswa melihat peluang untuk menanamkan kebiasaan baik sejak dini. “Kami ingin siswa tidak hanya mengaji karena kewajiban, tapi juga memahami nilai ibadah di dalamnya,” ungkap Rozaq. Dari ide sederhana itulah lahir TARKIDS, program yang menggabungkan kegiatan Pondok Ramadan dan lomba Tartil Al-Qur’an.
Selama tiga hari, sebanyak 54 siswa perwakilan dari 27 kelas menampilkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan penuh semangat. Setiap kelas mengirim dua peserta terbaiknya, menciptakan suasana kompetitif namun tetap hangat. “Antusiasme mereka luar biasa. Ada yang sampai menyiapkan yel-yel untuk mendukung temannya tampil,” kenang salah satu panitia sambil tersenyum.
Untuk menghindari kejenuhan, para mahasiswa menyelipkan ice breaking di sela-sela penampilan peserta. Mulai dari tepuk semangat, tebak-tebakan, hingga kuis daring. Cara ini berhasil menjaga fokus siswa sekaligus membuat suasana lomba lebih ceria.
Di balik pelaksanaannya, kerja sama erat antara mahasiswa dan guru menjadi kunci sukses kegiatan ini. Guru-guru PAI turut memberikan dukungan penuh, baik secara moral maupun material. “Hadiah lomba semuanya disponsori oleh Bapak/Ibu guru PAI,” tutur Rozaq. Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan 27 wali kelas dan kepala sekolah agar kegiatan berjalan lancar.

Tantangan sempat muncul di hari pertama, ketika suasana kelas menjadi kurang kondusif. Namun melalui evaluasi dan pembagian peran yang lebih efektif, sinergi antara mahasiswa dan guru akhirnya menciptakan suasana tertib dan menyenangkan di hari-hari berikutnya.
Lebih dari sekadar lomba, TARKIDS menjadi ruang belajar bersama bagi siswa, guru, maupun mahasiswa. Siswa belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an dengan memperhatikan tajwid dan makhraj, sementara mahasiswa belajar manajemen acara, kerja tim, serta komunikasi dengan pihak sekolah. “Kami sadar, pendidikan tidak melulu di ruang kelas. Di sinilah kami belajar bahwa nilai religius juga bagian penting dari proses belajar itu sendiri,” ungkap salah satu anggota kelompok.
Melalui kegiatan ini, para mahasiswa berharap kebiasaan baik seperti membaca Al-Qur’an dapat terus dibudayakan di sekolah. “Kami ingin program seperti ini berlanjut, mungkin lewat kegiatan mengaji sebelum pelajaran atau inovasi religius lainnya,” tambahnya.
Dari SDN Simokerto 1, semangat kecil ini menunjukkan bahwa pendidikan sejati tidak hanya melahirkan siswa yang cerdas, tapi juga berkarakter dan berakhlak mulia. Karena sejatinya, belajar bisa datang dari mana saja, termasuk dari lantunan ayat suci yang dibaca dengan penuh ketulusan.
Penulis: Nelly Najwa (PGSD)
Dokumentasi: Tim PSM 7 SDN Simokerto 1