fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Dalam dunia perkuliahan yang sarat tuntutan akademik dan persaingan ketat, motivasi menjadi faktor penentu utama keberhasilan mahasiswa dalam menapaki perjalanan belajar. Tak jarang, dua mahasiswa dengan kemampuan intelektual yang sama menunjukkan capaian yang sangat berbeda, dan perbedaan itu kerap terletak pada satu hal: tingkat motivasi yang mereka miliki.
Motivasi berperan sebagai penggerak utama dalam proses pembelajaran mahasiswa. Secara umum, motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik tumbuh dari dorongan dalam diri, seperti rasa ingin tahu, minat mendalam terhadap bidang studi, atau cita-cita pribadi untuk berkembang. Sementara itu, motivasi ekstrinsik berasal dari faktor luar, misalnya keinginan memperoleh nilai tinggi, beasiswa, atau pengakuan dari orang tua dan dosen.
Mahasiswa dengan motivasi intrinsik biasanya belajar dengan kesadaran yang tulus, menikmati setiap proses memahami materi, dan tetap tekun meskipun menghadapi kesulitan. Mereka lebih fokus pada makna dan pengalaman belajar itu sendiri. Sebaliknya, mahasiswa dengan motivasi ekstrinsik cenderung berorientasi pada hasil akhir—angka IPK, penghargaan, atau validasi dari lingkungan sekitar. Kedua jenis motivasi ini sama-sama berperan penting, tetapi motivasi intrinsik umumnya melahirkan pembelajaran yang lebih mendalam, tahan lama, dan bermakna.
Dalam praktiknya, keseimbangan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik menjadi kunci agar mahasiswa dapat mencapai performa akademik yang optimal. Dorongan dari dalam diri menumbuhkan kemandirian dan rasa tanggung jawab, sementara dukungan eksternal menjadi penguat ketika semangat mulai menurun. Oleh karena itu, dosen dan lingkungan kampus perlu berperan aktif dalam menciptakan suasana belajar yang inspiratif—lingkungan yang tidak hanya menuntut hasil, tetapi juga memupuk rasa ingin tahu, keberanian berpikir kritis, dan kepercayaan diri mahasiswa.
Dengan memahami lebih dalam peran kedua jenis motivasi ini, mahasiswa diharapkan mampu menumbuhkan semangat belajar yang lahir dari kesadaran diri, bukan sekadar tekanan dari luar. Sebab pada akhirnya, keberhasilan di dunia akademik bukan hanya soal angka di transkrip, melainkan perjalanan membangun karakter, potensi, dan kepuasan pribadi dalam menuntut ilmu.
Penulis: Yesi Seha (TP)
Editor: Nelly Najwa (PGSD)
Dokumentasi: thedailyjagran.com