fip.unesa.ac.id, SURABAYA––Pendidikan tidak hanya hadir di ruang kelas, tetapi juga melalui lingkungan sosial yang memberi pengalaman hidup nyata. Jepang menjadi salah satu negara yang sering dijadikan contoh dalam penerapan pendidikan nonformal yang berjalan beriringan dengan pendidikan formal. Konsep seperti bukatsu (kegiatan klub di sekolah), shūgaku ryoho (pembelajaran berbasis pengalaman), hingga kegiatan komunitas berbasis budaya membentuk karakter siswa secara lebih menyeluruh dibandingkan pembelajaran akademik saja.
Dalam sistem pendidikan Jepang, klub seperti seni, musik, robotik, olahraga, debat, hingga kegiatan tradisional seperti kaligrafi dan upacara minum teh bukan hanya pelengkap, tetapi bagian integral dari pembentukan sikap disiplin, kolaborasi, dan tanggung jawab. Siswa didorong bukan untuk menjadi terbaik, melainkan untuk berkembang secara konsisten melalui latihan, dedikasi, dan refleksi.
Hal ini berbeda dengan sebagian praktik pendidikan di Indonesia yang masih menitikberatkan hasil akademik dibandingkan proses pembentukan karakter melalui pengalaman belajar nonformal.
Salah satu mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (PLS) menilai bahwa contoh pendidikan nonformal Jepang dapat memberikan inspirasi bagi sekolah-sekolah di Indonesia, terutama dalam hal pola pikir dan sistem pembelajaran yang lebih holistik.
“Belajar dari Jepang, pendidikan itu tidak boleh hanya fokus pada nilai atau ranking. Kegiatan nonformal memberi ruang bagi siswa untuk menemukan identitas, bakat, dan motivasi internal mereka. Itu yang sering hilang di sistem kita,” ungkapnya.
Mahasiswa tersebut juga menekankan pentingnya dukungan sekolah dan pemerintah agar pendidikan nonformal tidak hanya dianggap sebagai aktivitas sampingan atau hiburan semata, tetapi sebagai bagian dari sistem pendidikan yang strategis.
Menurutnya, jika Indonesia mampu memperkuat struktur pembelajaran nonformal, maka siswa akan tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri, adaptif, kreatif, dan memiliki keterampilan sosial yang lebih matang.

“Anak-anak bukan hanya perlu pintar berhitung atau membaca. Mereka perlu belajar memimpin, bekerja sama, menghargai proses, gagal, lalu mencoba lagi. Jepang berhasil karena mereka menghargai pembelajaran itu,” tambahnya.
Dengan semakin berkembangnya kebutuhan era global dan tantangan dunia kerja yang berubah cepat, pendidikan nonformal dapat menjadi fondasi penting dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga tangguh secara emosional dan sosial.
Belajar dari Jepang, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat ekosistem pendidikan nonformal sebagai ruang tumbuhnya karakter, kreativitas, dan masa depan siswa.
Dokumentasi: Pinterest