Antara Sekolah dan Dunia Industri: Mahasiswa Manajemen Pendidikan Pertanyakan Arah Karier Generasi Baru

fip.unesa.ac.id, SURABAYA––Perubahan zaman telah mempengaruhi cara mahasiswa memandang masa depan karier, termasuk mereka yang berasal dari jurusan pendidikan. Jika dulu lulusan manajemen pendidikan secara umum diarahkan untuk menempati posisi kepala sekolah, staf kurikulum, atau tenaga administrasi pendidikan, kini peluang kerja semakin luas dan tidak selalu terbatas di sektor pendidikan formal.

Fenomena ini menjadi bahan refleksi bagi mahasiswa Manajemen Pendidikan yang kini mulai melihat karier sebagai ruang yang lebih fleksibel. Beberapa memilih untuk tetap berada di jalur pendidikan, sementara tidak sedikit yang mulai tertarik bekerja di dunia industri, perusahaan teknologi, organisasi non-profit, hingga sektor kreatif.

Florencya Agatha, mahasiswa Manajemen Pendidikan, menyampaikan pandangannya terkait dinamika ini. Menurutnya, perubahan arah karier bukan tanda menjauhnya mahasiswa dari pendidikan, melainkan semakin luasnya ruang kontribusi.

“Kita hidup di era di mana batas profesi tidak lagi kaku. Menjadi kepala sekolah bukan satu-satunya cara berkontribusi pada pendidikan. Kita bisa bekerja di perusahaan teknologi edukasi, manajemen lembaga pelatihan, atau bahkan di industri umum dengan tetap membawa nilai-nilai manajemen pendidikan,” jelasnya.

Florencya menilai bahwa dunia pendidikan akan tetap menjadi fondasi, tetapi keterampilan manajerial, kepemimpinan, dan pemahaman tentang pengelolaan sumber daya manusia membuat lulusan jurusan ini relevan di berbagai sektor. Menurutnya, fleksibilitas itulah yang harus dipahami mahasiswa sejak awal kuliah.

Ia juga menekankan bahwa menjadi kepala sekolah tetap merupakan profesi mulia dan strategis, tetapi harus dijalani atas dasar panggilan dan kesiapan, bukan sekadar keharusan akademik.

“Jika seseorang ingin menjadi kepala sekolah, itu harus karena mereka siap memimpin, mengembangkan budaya sekolah, dan memberi dampak nyata bagi pendidikan. Tetapi jika memilih bidang lain, itu bukan bentuk kegagalan. Itu pilihan karier yang sah selama tetap membawa manfaat,” tambahnya.

Pernyataan tersebut mencerminkan pemikiran bahwa identitas lulusan pendidikan tidak seharusnya dibatasi oleh struktur lama. Dunia kerja saat ini menuntut adaptabilitas dan kreativitas, dan mahasiswa yang memahami potensi dirinya dapat menemukan ruang kontribusi di mana pun mereka berada.

Di tengah perkembangan teknologi dan semakin luasnya kebutuhan akan tenaga kerja kompeten, lulusan pendidikan memiliki kesempatan untuk menjadi jembatan antara nilai humanis pendidikan dan kebutuhan profesional dunia modern.

Florencya kemudian menutup pernyataannya dengan ajakan reflektif, “Yang penting bukan di mana kita bekerja, tetapi bagaimana kita memberi dampak. Pendidikan itu bukan hanya ruang kelas, itu ada di mana pun manusia belajar.”

Dokumentasi: Pinterest