fip.unesa.ac.id, SURABAYA—Di era tuntutan akademik yang semakin tinggi pascapandemi COVID-19, isu kesehatan mental di kalangan pelajar menjadi perhatian penting yang perlu dibahas secara serius. Perubahan pola belajar dan meningkatnya tekanan akademik membuat tidak sedikit siswa mengalami kecemasan, stres, hingga kehilangan motivasi belajar.
Kini, burnout tidak hanya dialami oleh para pekerja, tetapi juga oleh pelajar. Padatnya jadwal sekolah, kewajiban mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tambahan les, serta ekspektasi dari lingkungan sekitar menjadi faktor utama munculnya kelelahan mental pada siswa.
Sistem pendidikan yang semakin kompetitif juga sering kali mendorong siswa untuk berjuang keras demi meraih prestasi. Dari ujian harian di sekolah hingga target masuk perguruan tinggi favorit, tekanan tersebut bukanlah hal yang ringan. Akibatnya, motivasi belajar pun bergeser—yang semula bertujuan untuk memahami pengetahuan, kini berubah menjadi sekadar mengejar angka, bahkan kadang ditempuh dengan cara yang tidak jujur.
Selain tekanan akademik, faktor lingkungan sosial juga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental pelajar. Kasus perundungan atau bullying yang semakin marak terjadi, baik di tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, menunjukkan bahwa masih banyak lingkungan belajar yang belum aman secara psikologis. Kurangnya perhatian guru atau pihak sekolah yang kerap menganggap perundungan sebagai “candaan anak-anak” menjadi pekerjaan rumah bersama untuk menciptakan ruang belajar yang lebih sehat dan berempati.
Tidak hanya itu, maraknya penggunaan media sosial juga menjadi faktor lain yang memengaruhi kondisi mental pelajar. Banyak siswa merasa tertekan dan tidak percaya diri akibat membandingkan dirinya dengan kesempurnaan yang mereka lihat di dunia maya. Rasa insecure yang muncul dari konsumsi konten digital berlebihan dapat memicu stres berkepanjangan dan mengganggu keseimbangan emosi.
Oleh karena itu, penting bagi pelajar maupun pendidik untuk memahami bahwa kesehatan mental merupakan fondasi utama dalam proses pendidikan. Siswa yang sehat secara mental akan mampu belajar dengan lebih fokus, berempati, dan mengembangkan potensi secara optimal. Selain itu, penggunaan media sosial secara bijak juga perlu ditanamkan sejak dini agar pelajar tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.
Penulis: Cindy Aulia Gultom (PLB)
Editor: Nelly Najwa (PGSD)
Dokumentasi: Pinterest