Menulislah dengan Asal-Asalan! 6 Cara Mengatasi Writers Block bagi Mahasiswa FIP UNESA

Menulis dapat menjadi kegiatan yang menantang bagi sebagian orang. Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tulisan mereka karena terhambat oleh pikiran negatif. Kondisi ini dikenal sebagai writers block.

Writers block, kondisi saat sebenarnya kita mampu untuk menulis tetapi gangguan pikiran negatif yang terus-menerus menghantui  sehingga kita menyerah untuk menyelesaikan tulisan kita. Kita akan terus menghambat kemajuan untuk menulis karena writers block seperti “Aku tidak bisa melakukannya” atau “Mustahil tulisan ini disukai pembaca”. Bahkan seorang Henry Manampiring penulis filosofi teras juga pernah mengalami writers block. Asal kita tahu bagaimana cara mengatasinya dan tidak menyerah dengan pikiran negatif kita. Nah simak yuk sohib 5 tips untuk mengatasi writers block.

Memperkaya Bacaan

Kebiasaan menulis tentunya tidak terlepas dengan kebiasaan membaca. Bagi penulis pemula sangat diperlukan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca yang nantinya akan memperluas cakrawala pengetahuan yang kita tulis. Melalui riset dan memahami sebuah bacaan menjadi modal awal dalam menulis apapun dari fiksi ataupun non-fiksi.

Kendati demikian seringkali ketika membaca kita tidak benar-benar memahami apa yang kita baca. Diperlukan membaca kritis agar informasi yang kita dapat bisa kembali kita olah di pikiran kita yang nantinya akan mempermudah proses pembuatan tulisan dan menghindari kita dari jalan buntu saat menulis karena kita memiliki segudang buku perpustakaan di pikiran kita.

Jadi, diperlukan kesadaran untuk menjadikan membaca sebagai upaya menanam pohon pengetahuan yang buahnya dapat kita petik saat menulis.

Memupuk pola pikir pertumbuhan

Dalam bukunya Carol Dweck yang berjudul Mindset menjelaskan bahwa ketika kita menghadapi sebuah tantangan disitulah ada celah untuk bertumbuh, inilah yang dinamakan Growth Mindset. Kita tidak perlu menghindar dari masalah justru kita harus menghapinya.

Pola pikir pertumbuhan diperlukan dalam segala aspek kehidupan terutama saat menulis. Ketika kita menulis yang diperlukan adalah selesai. Menurut penulis Dee Lestari “Tulisan yang buruk tapi selesai lebih baik daripada tulisan yang sempurna tapi mustahil ada.” Apabila kita memiliki pola pikir pertumbuhan kita akan menganggap jika hasil yang kita dapat dalam menulis tidaklah harus mencapai kesempurnaan. Namun, trial and error untuk terus mengasah kemampuan menulis lebih penting daripada mengejar kesempurnaan.

Menulis dengan buruk, Kerjakan dengan asal-asalan

G.K Chesterton, sebagai penulis dan penyair mengungkapkan “Segala sesuatu yang layak dilakukan, layak dilakukan dengan asal-asalan pada awalnya.”  Menulis hampir sama dengan olahraga, tubuh kita ketika berolahraga membutuhkan waktu untuk panas dalam artian yang sama menulis juga memerlukan waktu untuk kita panas terlebih dahulu yaitu dengan pemananasan dengan menulis secara asal-asalan

Saat menulis kita tidak perlu mengerjakannya dengan sempurna dan tidak perlu juga memikirkan bagaimana hasilnya nanti. Langkah pertama yang dapat kita lakukan adalah menulis dengan asal-asalan. Apabila kita menulis dengan asal-asalan, kita bukan saja sudah mengambil langkah pertama, tetapi sudah dalam perjalanan menyelesaikannya, Jadi, tulislah secara asal-asalan sekarang, dan nantinya kita bisa kembali dan memperbaikinya.

Bertahan 15 menit

Strategi yang lain yaitu ketika menulis kita dapat duduk dan terus menulis di awal 15 menit pertama. Alih-alih menyerah dengan keadaan tidak termotivasi atau menyerah dengan ide yang buntu. Dalam 15 menit pertama kita dapat menerima segala perasaan tadi dan menyadarinya bahwa itu manusiawi. Tugas kita adalah untuk berdamai dengan perasaan-perasaan negatif tersebut. Jadi, alih-alih kita menghindar, berlatihlah untuk bisa bisa menerimanya ketika sudah duduk saat menulis. Perasaan itu akan berlalu, karena sifatnya hanya sementara.

Hilangkan Distraksi

Dalam perjalanan untuk menghasilkan sebuah karya seringkali kita temui distraksi yang mengganggu. Gangguan seperti notifikasi di layar ponsel ataupun lingkungan ramai yang tidak kondusif dapat memecah fokus kita terhadap tulisan.

Cara untuk mengatasi writer’s block yang disebabkan oleh distraksi yaitu dengan cara menghindarinya seperti menaruh ponsel di ruangan yang berbeda atau di tempat yang tidak bisa dijangkau.

Ambil Jeda

Kadang-kadang writers block yang dirasakan adalah kehilangan motivasi dan frustasi karena burnout di tengah-tengah proses menghasilkan karya tulisan. Apalagi jika burnout yang dirasa akibat begadang untuk mengejar selesainya tulisan. Sobat FIP dapat mengambil jeda istirahat dengan melakukan aktivitas lain seperti berolahraga yang tentunya dapat menghasilkan hormon kebahagiaan. Perlu diingat lambat itu mulus, mulus itu cepat. Kita dapat mengetahui batas diri kita. Cukup menggunakan aturan berikut: Jangan pernah kurang dari X, jangan pernah lebih dari Y.

Penulis pemula atau penulis yang sudah lama menekuni bidang menulis tidak akan pernah lepas dari namanya writers block yang diciptakan penulis itu sendiri. Jadi, begitu Sobat FIP dapat menerapkan keenam tips tersebut untuk menghadapi writers block. Sobat FIP dapat terus menulis dan menghasilkan karya melalui kesadaran dan meruntuhkan tembok-tembok negatif dalam menulis dengan bekal enam tips tersebut.

Sumber:

  1. McKeown, Greck. 2021. Effortless. Make it easier to do what matters most. Gramedia Pustaka Utama.
  2. Aliya, Humaira.2021. Untuk Penulis, Kenali Apa Itu Writer’s Block, Tanda-Tanda, dan Penyebabnya!. diakses dari: https://glints.com/id/lowongan/writers-block-adalah/

Penulis: Rendy Maulana Yaqin (TP), Rifdah Sakinag Arrohmany (PGPAUD)