fip.unesa.ac.id, SURABAYA – Dunia pendidikan di Indonesia tak luput dari peran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Pahlawan Nasional yang lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 ini dikenal sebagai sosok yang berjasa besar dalam membangun sistem pendidikan di Indonesia. Sebagai bentuk penghormatan, patung Ki Hajar Dewantara banyak dijadikan simbol di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA).
Pemikirannya tentang pendidikan tak hanya sebatas mendirikan Taman Siswa, tetapi juga melahirkan filosofi pembelajaran yang tetap relevan hingga saat ini. Selain konsep Tut Wuri Handayani, ia juga memperkenalkan konsep Tri-N, yakni Niteni, Nirokake, lan Nambahi. Filosofi ini berakar pada kearifan budaya Jawa dan masih menjadi pedoman dalam dunia pendidikan modern. Lantas, apa makna dari masing-masing konsep Tri-N ini? Mari kita simak lebih lanjut!
- Niteni
Niteni (mengamati) adalah menandai apa yang diajarkan dengan memperhatikan secara seksama dan menggunakan seluruh indera. Dalam hal ini siswa berarti memperhatikan, melakukan pengamatan, mendengarkan, membaca secara teliti dan menalar dengan menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dari hasil galian. Dalam Niteni, terdapat beberapa proses yang dialami oleh peserta didik, yaitu:
a) Mengamati menggunakan indera penglihatan,
b) Mengamati menggunakan indera pendengaran,
c) Mengamati menggunakan indera penciuman,
d) Mengamati menggunakan indera peraba,
e) Mengamati menggunakan indera pengecap,
f) Menggali informasi lebih dalam dari hasil pengamatan,
g) Menalar dengan menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dari hasil galian.
- Nirokake
Nirokake (Menirukan) adalah adalah menirukan apa yang diajarkan melalui model/contoh/teladan dari guru/sumber belajar dengan melibatkan pikiran, penginderaan, perasaan/nurani, dan spiritual secara integral dan harmonis. Dalam Nirokake, terdapat beberapa proses yang dialami oleh peserta didik, yaitu:
- Menirukan dengan melafalkan/ melalui suara.
- Menirukan dengan membaca
- Menirukan dengan menulis
- Menirukan melalui gerakan,
- Menirukan dengan mencoba/ eksperimen
- Menirukan dengan mendemonstrasikan/ mempraktikan, dan
- Menirukan dengan menyajikan.
- Nambahi
Nambahi (Memodifikasi) adalah menambah atau mengurangi apa yang telah dipelajarinya untuk mengembangkan kreativitas dan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Dalam Nambahi, terdapat beberapa proses yang dialami peserta didik, yaitu:
a) Menambahi dengan mendesain,
b) Menambahi dengan mencipta/ membuat, dan
c) Menambahi dengan mengimprovisasi.
Dengan menerapkan konsep Tri-N, pembelajaran tidak lagi sekedar menghafal, tetapi menjadi sebuah proses aktif yang melibatkan pengamatan, peniruan, serta kreativitas dalam memodifikasi ilmu yang didapat. Prinsip ini tetap relevan dalam dunia pendidikan modern, terutama dalam mendorong pembelajaran berbasis pengalaman dan inovasi. Semoga nilai-nilai luhur yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga menjadi fondasi kuat dalam membangun generasi masa depan yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.
Penulis : Chantika Toti Yuliandani (PGSD), Nadea Diva Nurfin Afrilia (BK)