fip.unesa.ac.id, SURABAYA – Bulan Ramadhan merupakan momen penuh berkah bagi umat Muslim, sekaligus kesempatan refleksi dan memperdalam wawasan. Salah satu tokoh Islam yang pemikirannya masih relevan hingga kini adalah Ibnu Khaldun.
Siapa Ibnu Khaldun?
Ibnu Khaldun adalah seorang sejarawan, filsuf, dan sosiolog Muslim yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Sejarah dan Sosiologi. Ia paling dikenal melalui karyanya Muqaddimah yang memiliki arti Pendahuluan, yang menjadi dasar bagi bidang sosiologi, ekonomi, dan historiografi. Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada 1 Ramadhan 732H dan berasal dari keluarga kelas atas Andalusia keturunan Arab. Nama Khalid berasal dari Khalid Ibn Usman yang merupakan nenek moyangnya.
Muqaddimah: Pemikiran Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun dikenal melalui karyanya yang monumental, Muqaddimah, yang bukan sekadar kitab sejarah, tetapi juga analisis mendalam tentang perkembangan peradaban manusia. Teori ini masih banyak dikaji hingga saat ini. Dalam Muqaddimah, ia menjelaskan bahwa ketidakadilan, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik, dapat menyebabkan keruntuhan suatu peradaban.
Keteguhan Menghadapi Ujian
Kehidupan Ibnu Khaldun tidak selalu mudah. Ia mengalami berbagai tantangan, termasuk kehilangan keluarga karena wabah, menghadapi intrik politik, hingga pengasingan. Di balik ujian yang dideritanya, ia tetap teguh dalam mencari dan menyebarkan ilmu.
Ashabiyah dalam Sosial Politik
Salah satu konsep utama dalam pemikiran Ibnu Khaldun adalah Ashabiyah yang dapat diartikan sebagai solidaritas kelompok. Ashabiyah menjadi faktor utama dalam kemunculan dan kejayaan suatu peradaban. Menurutnya, suatu kelompok atau bangsa yang memiliki solidaritas yang kuat akan memiliki kekuatan untuk membangun sebuah peradaban. Sebaliknya, ketika asabiyyah mulai melemah, maka peradaban itu akan mulai runtuh dan digantikan oleh kekuatan yang baru.
Refleksi dalam Bulan Ramadhan
Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan nilai-nilai Ibnu Khaldun. Konsep keadilan sosial, keteguhan, dan solidaritas dapat diterapkan dalam pendidikan. Mahasiswa FIP UNESA diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai ini untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan berdaya saing tinggi.
Pendidikan berperan strategis dalam membangun peradaban maju. Dengan menerapkan pemikiran Ibnu Khaldun, sistem pendidikan dapat berorientasi pada akademik sekaligus pembentukan karakter dan nilai sosial.
Penulis: Florencya Agatha Damasitha (MP) & Dede Rahayu Adiningtyas (PGSD)
Dokumentasi: Kompas.com