Mahasiswa FIP UNESA Pelajari Kurikulum Yang Ada Di Thailand Melalui Program Pengenalan Lapangan Persekolahan

fip.unesa.ac.id – Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) dilakukan oleh beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di Thailand yang dilaksanakan kurang lebih selama dua bulan mulai dari 29 Juli hingga 21 September 2024. Pendaftar dalam program ini cukup banyak, hal ini tampak dari prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), terdapat 14 mahasiswa yang dibentuk dalam beberapa kelompok yang ditempatkan di sekolah yang berbeda yang berada di kota Songkhla.
Beberapa sekolah yang menjadi tempat tujuan kegiatan PLP ini antara lain, Tessaban 2 School Bandasao, Tessaban 1 School Bansadao, Daroolmujahideen, Tessaban Thambon Natawee. Selain itu di Padang Besar, kawasan yang sangat dekat dengan Malaysia terdapat sekolah Padang Besar Child Development. Sekolah ini merupakan sekolah yang terketak di perbatasan Malaysia dengan Thailand.

Perbedaan pendidikan antara Thailand dengan Indonesia menurut salah satu peserta PLP Nur Aisia dari Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini ( PG PAUD), di jenjang TK terlihat pada proses pembelajarannya. “Di Indonesia, ketika awal masuk hingga akhir pembelajaran siswa masih didampingi oleh guru. Berbeda dengan siswa yang ada di Thailand, mereka diajarkan keterampilan life skill sendiri. Seperti, memakai sepatu, memakai baju, mencuci tangan, dan lain sebagainya. Hasilnya anak-anak dapat melakukan hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan mandiri dan tidak bergantung pada guru. Contoh aktivitas setiap pagi, mereka melakukan upacara, masuk kelas, melepas sepatu, makan siang di kantin saat istirahat, mengganti piyama untuk tidur siang. Itu semua dilakukan sendiri tanpa didampingi oleh guru,” ucapnya.
Selain itu, penyampaian materi yang ada di Thailand tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia yaitu dengan metode demonstrasi. Cara pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan materi dengan memberikan contoh bagaimana cara melakukannya. Di beberapa sekolah TK di Thailand pengkondisian kelas tidak menggunakan kursi melainkan hanya menggunakan meja lipat dan duduk di lantai. Untuk pembelajaran di dalam kelas kurang lebih sama dengan di Indonesia. Yang berbeda hanya pada cara mendidik siswa, di Thailand lebih ditekankan untuk belajar mandiri sedari dini dibandingkan mengutamakan pembelajaran akademis.


Toleransi tampak di lingkungan sekolah tersebut, hal ini dikarenakan mayoritas warga sekolah, memeluk agama islam. Ketika selesai upacara dan menyanyikan lagu nasional Thailand dilanjutkan dengan pembacaan doa bagi pemeluk agama Buddha disambung dengan doa bagi pemeluk agama islam. Selain itu, makan siang disediakan di Sekolah sudah halal sehingga aman bagi siswa yang beragama islam.

Para mahasiswa juga menemukan beberapa hal menarik yang ada di Thailand salah satunya adalah makanan yang cita rasanya dominan dengan rasa asam. Contoh makanannya adalah Tom Yum Goong, Pad Thai, dan Som Tum. Hal menarik lainnya adalah adanya pasar khusus muslim. Pasar tersebut menyediakan kuliner halal bagi muslim yang buka pada malam hari dan disekitarnya terdapat pemukiman muslim yang memiliki sebuah masjid besar. Selain itu, mahasiswa PLP mengikuti outing class yang terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan pertama adalah cooking class, siswa belajar memasak dessert tradisional Thailand dan kegiatan kedua adalah ecoprint, mereka membuat pouch yang dihiasi dengan bunga dan tumbuhan.
Aisia mengatakan bahwa Cara cepat untuk beradaptasi ketika berada di lingkungan baru khususnya Thailand adalah berusaha untuk berkenalan dengan warga lokal, sehingga lebih mudah dalam mengeksplore budaya, kuliner, dan lingkungan tersebut. Beradaptasi dengan negara Thailand dibilang cukup muda karena cuaca, lingkungan, dan kebudayaan antara Thailand dengan Indonesia tidak jauh berbeda.

Beberapa tantangan ketika melakukan PLP di Thailand adalah penggunaan bahasa. Hal ini tampak pada keterbatasan penggunaan bahasa inggris yang digunakan para pendidik dan siswa, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan media Google Translate. Tantangan lainnya adalah kondisi lingkungan, di Thailand masyarakat banyak yang memelihara anjing. Bahkan anjing berkeliaran di lingkungan sekolah hingga kantin.

Penulis : Tita Rahmawati (PLB), Cindy Aulia Gultom (PLB), Ria Risky Syah Putri Ayu Fadilla (PGSD)

Dokumentasi: Mahasiswa PLP Thailand Prodi PG-PAUD