fip.unesa.ac.id SURABAYA-Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) mendukung pengembangan potensi mahasiswanya dengan menyelenggarakan program pertukaran mahasiswa. Program pertukaran mahasiswa merupakan program yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi lainya baik di dalam maupun di luar negeri. Diadakannya program pertukaran mahasiswa bertujuan agar para mahasiswa dapat menjadi individu yang lebih adaptif dan berwawasan global.
Dengan mengikuti program ini menjadi sebuah kesempatan bagi mahasiswa untuk membuka wawasan baru, memperluas jaringan, serta meningkatkan keterampilan dan pengalaman dari berbagai perspektif pendidikan dan budaya. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) FIP UNESA, Yunica Putri Arfianti dan Dyas Noviarale berkesempatan mengikuti program pertukaran mahasiswa di University Malaya dan King Mongkut’s of Technology North Bangkok (KMUTNB).
Tujuan utama mereka mengikuti program pertukaran mahasiswa adalah untuk memperluas wawasan akademik dan ingin mengetahui sistem pendidikan di negeri tujuan dengan melihat bagaimana metode pembelajaran yang diterapkan disana. Dari program tersebut mereka mendapatkan sudut pandang baru yang dapat memperkaya pengalaman belajarnya di FIP UNESA dan mempersiapkan diri guna menjadi tenaga pendidik yang kompeten di lingkungan global.
Selama mengikuti program pertukaran mahasiswa tersebut, mereka mendapatkan banyak pengalaman berharga, salah satunya kesempatan untuk mengikuti kelas bersama mahasiswa dari latar belakang budaya dan negara yang berbeda. Dari hal tersebut, mereka melihat mahasiswa disana didorong untuk berpikir kritis dan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas yang menjadi motivasinya untuk lebih percaya diri dalam mengutarakan pendapat di lingkungan akademik.
Tentu perbedaan budaya yang dihadapi mahasiswa dalam program ini dapat menimbulkan culture shock, yang menjadi bagian dari pembelajaran mereka. Terdapat perbedaan sistem pembelajaran yang dirasakan Yunica Putri Arfianti, menurutnya pembelajaran disana lebih menekankan pada pembelajaran interaktif dan partisipatif berbeda dengan budaya pendidikan di Indonesia yang terkadang lebih menekankan pada pemahaman materi secara teoritis.
Hal ini juga turut dirasakan Dyas Noviarale yang merasakan culture shock dari segi jam perkuliahan, di Thailand perkuliahan di mulai pada pukul 9 pagi berakhir pukul 9 malam. “Saya berharap agar FIP UNESA dapat terus mendukung program pertukaran mahasiswa yang memberikan kesempatan bagi mahasiswanya untuk belajar di lingkungan internasional,” ungkapnya.
Selain itu, pertukaran pelajar ini dapat menciptakan pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan berorientasi pada diskusi, sehingga mahasiswa merasa lebih nyaman untuk berpikir kritis dan mengemukakan pendapat. Program pertukaran seperti ini bisa menjadi jembatan penting untuk mempersiapkan mahasiswa yang mampu bersaing secara global.
Penulis: Florencya Agatha Damasitha (MP), Nadea Diva Nurfin (BK)