PKM TAMARA, Bentuk Kolaborasi PG-PAUD FIP UNESA Bersama S2 Psikologi Pendidikan UPI Sebagai Upaya Membangun Keluarga Tangguh

fip.unesa.ac.id, SURABAYA – Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) bersama S2 Psikologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar seminar Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “TAMARA: Tangguh Mengasuh, Main Bareng Anak, Rancang Masa Depan”. Seminar ini dilangsungkan pada Kamis, 8 Mei 2025 di Gedung O1.

Dalam sambutannya, Koordinator Program Studi S1 PG-PAUD FIP UNESA, Dr. Kartika Rinakit Adhe, S.Mp., M.Pd., menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif kegiatan ini sebagai bentuk kontribusi akademisi dalam merespons isu-isu pengasuhan modern. 

“PKM ini menjadi ruang belajar bersama antara akademisi, orang tua, dan masyarakat untuk membangun strategi pengasuhan yang adaptif, komunikatif, dan humanis,” ujarnya.

Ketua PKM TAMARA, yang menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FIP UPI Dr. Euis Kurniati, M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini berangkat dari keprihatinan atas kompleksitas tantangan pengasuhan di wilayah urban. “Banyak orang tua menghadapi tekanan waktu dan peran ganda, yang berpotensi mengurangi kualitas interaksi dengan anak,” jelasnya.

Melalui TAMARA, diharapkan orang tua menjadi pribadi tangguh yang tetap memedulikan kesejahteraan dirinya, sambil hadir utuh dalam mendampingi anak.

Seminar ini menghadirkan GKM Magister Psikopen SPs UPI, Dr. Asep Deni Gustiana, M.Pd., sebagai narasumber. Dalam paparannya, Dr. Asep menyoroti beragam tantangan pengasuhan masa kini, seperti keterbatasan waktu berkualitas, kesenjangan peran ayah dan ibu, serta pengaruh teknologi digital yang tak terfilter. 

TAMARA hadir sebagai inovasi pendekatan pengasuhan dengan tiga pilar utama: (1) Tangguh Mengasuh, mengajak orang tua mengenali kekuatan dan keterbatasan dirinya. (2) Main Bareng Anak, menekankan pentingnya bermain sebagai wahana utama pembelajaran anak dalam aspek fisik, kognitif, dan emosional.(3) Rancang Masa Depan, menyusun strategi pengasuhan berbasis tahapan perkembangan anak.

“Anak-anak yang mendapat perhatian dan keterlibatan aktif dari orang tua menunjukkan perkembangan yang lebih baik secara kognitif, sosial, dan bahasa,” tegas Dr. Asep.

Sesi berikutnya, Prof. Dr. Hj. Rachma Hasibuan, M.Kes., menekankan urgensi parenting efektif dan inspiratif. “Pengasuhan tidak hanya soal teknik, tapi soal hati. Dibutuhkan kesabaran, kasih sayang, dan komitmen jangka panjang,” ungkapnya. 

Ia juga menegaskan bahwa pengasuhan yang membangun karakter dan hubungan emosional yang kuat dengan anak adalah kunci pembentukan generasi unggul.

Menambah perspektif global, Sadick Akida Mwariko, B.Ed., akademisi asal Tanzania, turut berbagi wawasan tentang praktik pengasuhan di Afrika Timur. Ia menggambarkan perbedaan kondisi antara perkotaan dan pedesaan mempengaruhi strategi pengasuhan yang digunakan. 

“Indonesia dan Tanzania memiliki tantangan yang mirip, namun pendekatannya berbeda. Misalnya dalam metode disiplin dan keterlibatan komunitas,” jelasnya.

Sebagai sesi penutup, mahasiswa PG PAUD FIP UNESA, Maulidya Ryscha, membagikan pengalamannya dalam program mobilitas ke Thailand. Di Sekolah Tessaban 3 Sadao, ia berkesempatan melakukan observasi kelas, praktik mengajar, serta mengikuti berbagai kegiatan budaya, yang semakin memperkaya perspektif pendidikan anak usia dini lintas negara.

Penulis: Dede Rahayu Adiningtyas (PGSD)